Makalah "Teori Pergeseran Lempeng Tektonik"
MAKALAH
TEORI PERGESERAN LEMPENG TEKTONIK
DISUSUN OLEH :
SITI MEILANI (1312440008)
SULHIJRAH BOLA S (1312440007)
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Makassar
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada akhir abad ke-19 dan
awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa kenampakan-kenampakan utama bumi
berkedudukan tetap. Kebanyakan kenampakan geologis seperti pegunungan bisa
dijelaskan dengan pergerakan vertikal kerak seperti dijelaskan dalam teori
geosinklin. Sejak tahun 1596, telah diamati bahwa pantai Samudera Atlantik yang
berhadap-hadapan antara benua Afrika dan Eropa dengan Amerika Utara dan Amerika
Selatan memiliki kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi satu. Ketepatan
ini akan semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di sana. Sejak
saat itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi
semuanya menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat
menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai.
Penemuan radium dan
sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong pengkajian ulang umur bumi, karena
sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju pendinginannya dan dengan asumsi
permukaan bumi beradiasi seperti benda hitam. Dari perhitungan tersebut dapat
disimpulkan bahwa bahkan jika pada awalnya bumi adalah sebuah benda yang
merah-pijar, suhu Bumi akan menurun menjadi seperti sekarang dalam beberapa
puluh juta tahun. Dengan adanya sumber panas yang baru ditemukan ini maka para
ilmuwan menganggap masuk akal bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua dan intinya
masih cukup panas untuk berada dalam keadaan cair.
Teori Tektonik Lempeng
berasal dari hipotesis continental drift yang dikemukakan Alfred Wegener tahun
1912 dan dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans
terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu
adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua
tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis
rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat. Namun, tanpa
adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini
dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair,
tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut
dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan
geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini
kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di
dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.
Bukti pertama bahwa
lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan didapatkan dari penemuan
perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda usianya. Penemuan
ini dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di Tasmania tahun 1956.
Mula-mula, penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi, namun
selanjutnya justeru lebih mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng yang
menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal
(upwelling) batuan, tetapi menghindarkan keharusan adanya bumi yang ukurannya
terus membesar atau berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona
subduksi/hunjaman (subduction zone), dan sesar translasi (translation fault).
Pada waktu itulah teori tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal
menjadi teori yang umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan
ilmuwan. Penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara seafloor spreading dan
balikan medan magnet bumi (geomagnetic reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess
dan oseanograf Ron G. Mason menunjukkan dengan tepat mekanisme yang menjelaskan
pergerakan vertikal batuan yang baru
Seiring dengan diterimanya
anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur sejajar yang simetris
dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua sisi mid-oceanic ridge,
tektonik lempeng menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat dalam teknik
pencitraan seismik mula-mula di dalam dan sekitar zona Wadati-Benioff dan
beragam observasi geologis lainnya tak lama kemudian mengukuhkan tektonik
lempeng sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam segi
penjelasan dan prediksi.
Penelitian tentang dasar
laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang berkembang pesat pada tahun
1960-an memegang peranan penting dalam pengembangan teori ini. Sejalan dengan
itu, teori tektonik lempeng juga dikembangkan pada akhir 1960-an dan telah
diterima secara cukup universal di semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui
dunia ilmu bumi dengan memberi penjelasan bagi berbagai macam fenomena geologis
dan juga implikasinya di dalam bidang lain seperti paleogeografi dan
paleobiologi.
C. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian teori
pergeseran lempeng tektonik?
2.
Bagaimana proses terjadinya
pergeseran lempeng tektonik?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada
akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa
kenampakan-kenampakan utama bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan kenampakan geologis seperti pegunungan bisa dijelaskan
dengan pergerakan vertikal kerak seperti dijelaskan dalam teori geosinklin. Sejak tahun 1596, telah diamati bahwa pantai Samudera Atlantik yang berhadap-hadapan antara benua Afrika dan Eropa dengan Amerika Utara dan Amerika Selatan memiliki kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi satu.
Ketepatan ini akan semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di sana. Sejak saat itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi
semuanya menemui jalan buntu karena
asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai.
Penemuan radium dan sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896
mendorong pengkajian ulang umur bumi, karena sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju
pendinginannya dan dengan asumsi permukaan bumi beradiasi seperti benda hitam. Dari
perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa bahkan jika pada awalnya bumi
adalah sebuah benda yangmerah-pijar, suhu Bumi akan menurun menjadi seperti sekarang dalam
beberapa puluh juta tahun. Dengan adanya sumber panas yang baru ditemukan ini
maka para ilmuwan menganggap masuk akal bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua
dan intinya masih cukup panas untuk berada dalam keadaan cair.
Teori
Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift) yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912 dan dikembangkan lagi dalam
bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan tahun
1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu
bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut
dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat. Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan
gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki
kerak yang padat dan inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin
bahwa bagian-bagian kerak tersebut dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari,
dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini
kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di
dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.
Bukti
pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan didapatkan dari
penemuan perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda usianya. Penemuan
ini dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di Tasmania tahun 1956.
Mula-mula, penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi
bumi, namun selanjutnya justeru lebih mengarah ke pengembangan
teori tektonik lempeng yang menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai
konsekuensi pergerakan vertikal (upwelling) batuan, tetapi menghindarkan
keharusan adanya bumi yang ukurannya terus membesar atau berekspansi (expanding
earth) dengan memasukkan zona subduksi/hunjaman (subduction zone), dan sesar translasi (translation
fault). Pada waktu itulah teori tektonik lempeng berubah dari sebuah teori
yang radikal menjadi teori yang umum dipakai dan kemudian diterima secara luas
di kalangan ilmuwan. Penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara seafloor
spreading dan balikan medan
magnet bumi (geomagnetic
reversal) oleh geolog Harry Hammond
Hess dan
oseanograf Ron G. Mason menunjukkan dengan tepat mekanisme yang menjelaskan
pergerakan vertikal batuan yang baru.
Seiring
dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur
sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua
sisi mid-oceanic
ridge, tektonik lempeng
menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat dalam teknik pencitraan seismik
mula-mula di dalam dan sekitar zona
Wadati-Benioff dan beragam
observasi geologis lainnya tak lama kemudian mengukuhkan tektonik lempeng
sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam segi penjelasan dan
prediksi.
Penelitian
tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang berkembang pesat pada tahun 1960-an memegang
peranan penting dalam pengembangan teori ini. Sejalan dengan itu, teori
tektonik lempeng juga dikembangkan pada akhir 1960-an dan telah diterima secara
cukup universal di semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui dunia ilmu
bumi dengan memberi penjelasan bagi berbagai macam fenomena geologis dan juga
implikasinya di dalam bidang lain seperti paleogeografi dan paleobiologi.
Bagian
lapisan luar, interior bumi dibagi menjadi lapisan litosfer dan lapisan
astenosfer berdasarkan perbedaan mekanis dan cara terjadinya perpindahan panas.
Llitosfer lebih dingin dan kaku, sedangkan astenosfer lebih panas dan secara
mekanik lemah. Selain itu, litosfer kehilangan panasnya melalui proses konduksi, sedangkan astenosfer juga memindahkan panas
melalui konveksidan memiliki gradien suhu yang hampir adiabatik.
Pembagian ini sangat berbeda dengan pembagian bumi secara kimia menjadi inti,
mantel, dan kerak. Litosfer sendiri mencakup kerak dan juga sebagian dari
mantel.
Suatu bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari
litosfer atau astenosfer pada waktu yang berbeda, tergantung dari suhu,
tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip kunci tektonik lempengan adalah bahwa
litosfer terpisah menjadi lempengan-lempengan tektonik yang berbeda-beda.
Lempengan ini bergerak menumpang di atas astenosfer yang mempunyai viskoelastisitas sehingga bersifat seperti fluida. Pergerakan
lempengan bisa mencapai 10-40 mm/a (secepat pertumbuhan kuku jari) seperti di Mid-Atlantic
Ridge, ataupun bisa mencapai
160 mm/a (secepat pertumbuhanrambut) seperti di Lempeng Nazca.
Lempeng-lempeng ini tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel litosferik yang di atasnya
dilapisi dengan hamparan salah satu dari dua jenis material kerak. Yang pertama adalah kerak samudera atau yang sering disebut dengan "sima",
gabungan dari silikon dan magnesium. Yang kedua adalah kerak benua yang
sering disebut "sial", gabungan dari silikon dan aluminium.
Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana
kerak benua memiliki ketebalan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak
samudera. Ketebalan kerak benua mencapai 30-50 km sedangkan kerak samudera
hanya 5-10 km. Dua lempeng akan bertemu
di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu daerah di mana
aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan pembentukan kenampakan topografis seperti gunung, gunung berapi, dan palung samudera. Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia berada di
atas batas lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik
yang paling aktif dan dikenal luas.
Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau
samudera, tetapi biasanya satu lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup
benua itu sendiri dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia.
Perbedaan
antara kerak benua dengan kerak samudera ialah berdasarkan kepadatan material
pembentuknya.
a.
Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua dikarenakan
perbedaan perbandingan jumlah berbagai elemen, khususnya silikon.
b.
Kerak benua lebih padat karena komposisinya yang mengandung
lebih sedikit silikon dan lebih banyak materi yang berat. Dalam hal ini, kerak
samudera dikatakan lebih bersifat mafikketimbang felsik. Maka, kerak samudera umumnya berada di bawah
permukaan laut seperti sebagian besar Lempeng Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke atas permukaan laut,
mengikuti sebuah prinsip yang dikenal dengan isostasi.
Tiga jenis batas lempeng (plate boundary).
Ada tiga jenis batas
lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak relatif terhadap
satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan fenomena yang
berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:
1.
Batas transform (transform
boundaries) terjadi jika
lempeng bergerak dan mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di
sepanjang sesar transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri
di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi
yang berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.
2.
Batas
divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua lempeng bergerak menjauh satu
sama lain. Mid-oceanic
ridge dan zona retakan (rifting)
yang aktif adalah contoh batas divergen
3.
Batas
konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua lempeng bergesekan mendekati satu
sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang
lain, atau tabrakan benua (continental
collision) jika kedua lempeng
mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di zona
subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung banyak
bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini
dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan
pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini dapat kita
lihat di Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island arc).
Pergerakan
lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan
karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah
didapati sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan lempeng tektonik.
Pandangan yang disetujui sekarang, meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah
bahwa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke bawah
di zona subduksi adalah sumber terkuat pergerakan lempengan.
Pada
waktu pembentukannya di mid ocean ridge, litosfer samudera pada
mulanya memiliki kepadatan yang lebih rendah dari astenosfer di sekitarnya,
tetapi kepadatan ini meningkat seiring dengan penuaan karena terjadinya
pendinginan dan penebalan. Besarnya kepadatan litosfer yang lama relatif
terhadap astenosfer di bawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan ke mantel
yang dalam di zona subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan
penggerak-pergerakan lempengan. Kelemahan astenosfer memungkinkan lempengan
untuk bergerak secara mudah menuju ke arah zona subduksi. Meskipun subduksi dipercaya sebagai kekuatan terkuat
penggerak-pergerakan lempengan, masih ada gaya penggerak lain yang dibuktikan
dengan adanya lempengan seperti lempengan Amerika Utara, juga lempengan Eurasia
yang bergerak tetapi tidak mengalami subduksi di manapun. Sumber penggerak ini
masih menjadi topik penelitian intensif dan diskusi di kalangan ilmuwan ilmu
bumi.
Pencitraan
dua dan tiga dimensi interior bumi (tomografi
seismik) menunjukkan adanya
distribusi kepadatan yang heterogen secara lateral di seluruh mantel. Variasi
dalam kepadatan ini bisa bersifat material (dari kimia batuan), mineral (dari
variasi struktur mineral), atau termal (melalui ekspansi dan kontraksi termal
dari energi panas). Manifestasi dari keheterogenan kepadatan secara lateral
adalah konveksi mantel dari gaya apung (buoyancy forces) Bagaimana
konveksi mantel berhubungan secara langsung dan tidak dengan pergerakan planet
masih menjadi bidang yang sedang dipelajari dan dibincangkan dalam geodinamika.
Dengan satu atau lain cara, energi ini harus dipindahkan ke litosfer supaya
lempeng tektonik bisa bergerak. Ada dua jenis gaya yang utama dalam pengaruhnya
ke pergerakan planet, yaitu friksi dan gravitasi.
Basal
drag, Arus
konveksi berskala besar di mantel atas disalurkan melalui astenosfer, sehingga
pergerakan didorong oleh gesekan antara astenosfer dan litosfer.
Slab
suction, Arus konveksi lokal memberikan tarikan ke bawah pada
lempeng di zona subduksi di palung samudera. Penyerotan lempengan (slab
suction) ini bisa terjadi dalam kondisi geodinamik di mana tarikan basal
terus bekerja pada lempeng ini pada saat ia masuk ke dalam mantel, meskipun
sebetulnya tarikan lebih banyak bekerja pada kedua sisi lempengan, atas dan
bawah
Runtuhan
gravitasi,
Pergerakan lempeng terjadi karena lebih tingginya lempeng di oceanic ridge.
Litosfer samudera yang dingin menjadi lebih padat daripada mantel panas yang
merupakan sumbernya, maka dengan ketebalan yang semakin meningkat lempeng ini
tenggelam ke dalam mantel untuk mengkompensasikan beratnya, menghasilkan
sedikit inklinasi lateral proporsional dengan jarak dari sumbu ini. :Dalam
teks-teks geologi pada pendidikan dasar, proses ini sering disebut sebagai
sebuah doronga. Namun, sebenarnya sebutan yang lebih tepat adalah runtuhan
karena topografi sebuah lempeng bisa jadi sangat berbeda-beda dan topografi
pematang (ridge) yang melakukan pemekaran hanyalah fitur yang paling
dominan. Sebagai contoh, pembengkakan litosfer sebelum ia turun ke bawah
lempeng yang bersebelahan menghasilkan kenampakan yang bisa memengaruhi
topografi. Lalu, mantel plume yang menekan sisi bawah lempeng
tektonik bisa juga mengubah topografi dasar samudera.
Slab-pull (tarikan
lempengan), Pergerakan
lempeng sebagian disebabkan juga oleh berat lempeng yang dingin dan padat yang
turun ke mantel di palung samudera.[21] Ada bukti yang cukup banyak bahwa konveksi juga
terjadi di mantel dengan skala cukup besar. Pergerakan ke atas materi di mid-oceanic
ridge mungkin sekali adalah bagian dari konveksi ini. Beberapa model
awal Tektonik Lempeng menggambarkan bahwa lempeng-lempeng ini menumpang di atas
sel-sel seperti ban berjalan. Namun, kebanyakan ilmuwan sekarang percaya bahwa astenosfer tidaklah cukup kuat untuk secara
langsung menyebabkan pergerakan oleh gesekan gaya-gaya itu. Slab pull sendiri
sangat mungkin menjadi gaya terbesar yang bekerja pada lempeng. Model yang
lebih baru juga memberi peranan yang penting pada penyerotan (suction)
di palung, tetapi lempengan seperti Lempeng Amerika Utara tidak mengalami subduksi di manapun juga, tetapi
juga mengalami pergerakan seperti juga Lempeng Afrika, Eurasia, dan Antarktika.
Kekuatan penggerak utama untuk pergerakan lempengan dan sumber energinya itu
sendiri masih menjadi bahan riset yang sedang berlangsung.
Dalam
studi yang dipublikasikan pada edisi Januari-Februari 2006 dari buletin Geological
Society of America Bulletin, sebuah tim ilmuwan dari Italia dan Amerika
Serikat berpendapat bahwa komponen lempeng yang mengarah ke barat berasal dari
rotasi Bumi dan gesekan pasang bulan yang mengikutinya. Mereka berkata karena
Bumi berputar ke timur di bawah bulan, gravitasi bulan meskipun sangat kecil
menarik lapisan permukaan bumi kembali ke barat.
Beberapa
orang juga mengemukakan ide kontroversial bahwa hasil ini mungkin juga
menjelaskan mengapa Venus dan Mars tidak memiliki lempeng tektonik, yaitu
karena ketiadaan bulan di Venus dan kecilnya ukuran bulan Mars untuk memberi
efek seperti pasang di bumi.
Pemikiran
ini sendiri sebetulnya tidaklah baru. Hal ini sendiri aslinya dikemukakan oleh
bapak dari hipotesis ini sendiri, Alfred Wegener, dan kemudian ditentang
fisikawan Harold Jeffreys yang menghitung bahwa besarnya gaya gesek oasang
yang diperlukan akan dengan cepat membawa rotasi bumi untuk berhenti sejak
waktu lama.
Banyak
lempeng juga bergerak ke utara dan barat, bahkan banyaknya pergerakan ke barat
dasar Samudera Pasifik adalah jika dilihat dari sudut pandang pusat pemekaran (spreading)
di Samudera Pasifik yang mengarah ke timur. Dikatakan juga bahwa relatif dengan
mantel bawah, ada sedikit komponen yang mengarah ke barat pada pergerakan semua
lempeng
Vektor yang sebenarnya pada pergerakan sebuah planet
harusnya menjadi fungsi semua gaya yang bekerja pada lempeng itu. Namun,
masalahnya adalah seberapa besar setiap proses ambil bagian dalam pergerakan
setiap lempeng Keragaman kondisi geodinamik dan sifat setiap lempeng seharusnya
menghasilkan perbedaan dalam seberapa proses-proses tersebut secara aktif
menggerakkan lempeng. satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
melihat laju di mana setiap lempeng bergerak dan mempertimbangkan bukti yang ada
untuk setiap kekuatan penggerak dari lempeng ini sejauh mungkin.
Salah satu hubungan terpenting yang ditemukan adalah
bahwa lempeng litosferik yang lengket pada lempeng yang tersubduksi bergerak
jauh lebih cepat daripada lempeng yang tidak. Misalnya, Lempeng Pasifik
dikelilingi zona subduksi (Ring of Fire) sehingga bergerak jauh lebih cepat daripada lempeng di
Atlantik yang lengket pada benua yang berdekatan dan bukan lempeng tersubduksi.
Maka, gaya yang berhubungkan dengan lempeng yang bergerak ke bawah (slab
pull dan slab suction) adalah kekuatan penggerak yang
menentukan pergerakan lempeng kecuali untuk lempeng yang tidak disubduksikan.
Walau bagaimanapun juga, kekuatan penggerak pergerakan lempeng itu sendiri
masih menjadi bahan perdebatan dan riset para ilmuwan
Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:
3.
Lempeng
Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai 55 juta tahun yang lalu)- Lempeng
benua
Lempeng-lempeng
penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng India, Lempeng Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de
Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia.
Pergerakan lempeng telah menyebabkan pembentukan dan
pemecahan benua seiring berjalannya waktu, termasuk juga pembentukan
superkontinen yang mencakup hampir semua atau semua benua. Superkontinen Rodinia diperkirakan terbentuk 1 miliar tahun yang lalu dan
mencakup hampir semua atau semua benua di Bumi dan terpecah menjadi delapan
benua sekitar 600 juta tahun yang lalu. Delapan benua ini selanjutnya tersusun
kembali menjadi superkontinen lain yang disebut Pangaea yang pada akhirnya juga terpecah menjadi Laurasia (yang menjadi Amerika Utara dan Eurasia), dan Gondwana (yang menjadi benua sisanya)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori
Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift) yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912 dan dikembangkan lagi dalam
bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan tahun
1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu
bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut
dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat. Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan
gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan
geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini
kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di
dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.
Pergerakan
lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan
karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah
didapati sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan lempeng tektonik.
Pandangan yang disetujui sekarang, meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah
bahwa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke bawah
di zona subduksi adalah sumber terkuat pergerakan lempengan.
B. Saran
Pergeseran lempeng biasanya menyebabkan terjadinya gempa
bumi, maka dari itu saran kami saat terjadinya pergeseran lempeng adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan tempat-tempat berlindung yang aman jika terjadi
gempa bumi. Tempat berlindung yang aman adalah tempat yang yang dapat
melindungi anda dari benda-benda yang jatuh atau mebel yang ambruk, misalnya di
bawah meja.
2. Menyediakan air minum untuk keperluan darurat. Bekas botol
air mineral dapat digunakan untuk menyimpan air minum. Kebutuhan air minum
biasanya 2 sampai 3 liter sehari untuk satu orang.
3. Kotak P3K berisi obat menghilangkan rasa sakit, plester,
pembalut dan sebagainya
4. Matikan api kompor jika anda sedang memasak. Matikan juga
alat-alat elektronik yang dapat menyebabkan timbulnya api. Jika terjadi
kebakaran di dapur, segera padamkan api dengan menggunakan alat pemadam api.
Jika tidak mempunyai pemadam api gunakan pasir atau karung basah
5. Membuka pintu dan mencari jalan keluar dari rumah atau gedung
6. Cari informasi mengenai gempa bumi yang terjadi lewat
televisi atau radio
DAFTAR PUSTAKA