MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
"ASAS DAN PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN"
OLEH : WHINDA J. BATA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas segala rahmat dan kasih karunia-Nya,sehingga penyusunan
makalah dengan judul “Asas prinsip belajar dan pembelajaran” akhirnya dapat
terselesaikan dengan baik. Saya berharap dari isi makalah ini dapat dijadikan
suatu pedoman para guru untuk mengajar anak didiknya, sehingga pesan/materi pembelajaran
dapat tersampaikan dengan baik.
Penyusunan makalah inipun dikerjakan
untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak H.Anshai A. M.Pd, Dosen Mata
kuliah Belajar Dan Pembelajaran.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penyusunan
makalah ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Makassar, 4 Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................. 2
C. TUJUAN............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
A.
PENGERTIAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN.................................... 3
B. ASAS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN.................................................... 3
C. PRINSIP BELAJAR
DAN PEMBELAJARAN.............................................. 5
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 15
A. KESIMPULAN.................................................................................................. 15
B. SARAN.............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ada berbagai rumusan yang dikemukakan
orang dalam upaya menjawab pertanyaan dengan melihat pendidikan dari salah satu
aspek kehidupan tertentu atau kacamata disiplin keilmuan tertentu. Misalnya
pandangan sosiologik melihat pendidikan dari aspek sosial antara lain
mengartikan bahwa “Pendidikan adalah sebagai usaha mentransformasikan
pengetahuan dari generasi ke generasi” (Ishak, 2005:27). Pandangan lain di
lihat dari aspek budaya menyebutkan bahwa pedidikan itu adalah sebagai usaha
pemindahan pengetahuan dan nilai – nilai kepada generasi berikutnya. Sedangkan
pandangan Psikologik melihat pendidikan dari aspek tingkah laku individu,
antara lain mengartikan pendidikan sebagai perkembangan kapasitas individu
secara optimal. Pandangan dari sudut ekonomi antara lain melihat bahwa
pendidikan itu adalah sebagai usaha penanaman modal insan (Human Investmen),
dan yang terakhir dilihat dari sudut pandang politik antara lain melihatnya
sebagai pembinaan usaha kader bangsa.
Dari uraian diatas kita dapat menarik
benang merahnya bahwa pendidikan itu adalah suatu kebutuhan yang akan menjamin
kelangsungan hidup bagi setiap manusia. Hal ini telah terbukti dengan adanya
proses dari pendidikan itu sendiri dimana pada masa sekarang ini, seseorang
yang berpendidikan akan memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan
dalam masyarakat.
Nah, untuk mendukung hal tersebut
tentunya diperlukan metode-metode ataupun cara-cara yang akan membuat peserta
didik mampu menyerap dan memahami materi apa yang akan kita sampaikan yang
nantinya kapasitas kita tentu saja akan menjadi seorang pendidik. Selain dengan
metode atau cara-cara yang efektif kita juga harus mampu memahami peserta didik
secara personal maupun secara kelompok.
Dalam makalah yang akan kami paparkan
kali ini yaitu menganai Prinsip Belajar dan Pembelajaran yang nantinya akan
membantu seorang pendidik untuk lebih memahami dan lebih mengenal peserta
didiknya.
B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan apa yang kita sampaikan
sebelumnya bahwa makalah ini akan membahas tentang Prinsip Belajar dan
Pembelajaran, maka yang akan menjadi rumusan masalahnya kali ini yaitu :
1. Apa Pengertian Belajar dan
Pembelajaran ?
2. Apa saja yang menjadi Asas Prinsip Belajar dan
Pembelajaran yang akan memotivasi siswa dalam Proses Belajar di Kelas ?
C. TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam
makalah ini adalah agar para pendidik mampu dan mengerti akan tugasnya sebagai
seorang pendidik yang baik dalam enyampaikan materi-materi ataupun bahan-bahan
yang akan di transformasikan kepada siswanya dengan memperhatikan beberapa
prinsip yang akan membantu dalam proses belajar mengajar dan bagaimana cara
menciptakan suasana kelas yang sesungguhnya dan yang di inginkan oleh siswa
agar dalam prosesnya dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan target yang
akan dicapai.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN
Belajar Merupakan Tindakan dan Perilaku
siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa
sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidak terjadinya proses belajar.
Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan
sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa adalah keadaan alam,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang akan dijadikan
bahan belajar.
Belajar adalah proses mencari, memahami, menganalisis
suatu keadaan sehingga terjadi perubahan perilaku, dan perubahan tersebut tidak
dapat dikatakan sebagai hasil belajar jika disebabkan oleh karena pertumbuhan
atau keadaan sementara. (Syaifuddin Iskandar : 2008 : 1.
Sedangkan pembelajaran/
instruksional adalah usaha mengorganisasikan lingkungan belajar sehingga
memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan menggunakan berbagai media dan sumber belajar tertentu yang
akan mendukung pembelajaran itu nantinya.
B. ASAS
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Ada 14 asas pembelajaran yang dapat digunakan
sebagai dasar untuk pengembangkan program pembelajaran inovatif. Keempat belas
asas tersebut adalah:
1.
Lima prinsip dasar dalam pemenuhan
hak anak: (a) non-diskriminasi, (b) kepentingan terbaik bagi anak (best
interests of the child), (c) hak untuk hidup dan berkembang (right to
life, continuity of life and to develop), (d) hak atas perlindungan
(right to protection), (e) penghargaan terhadap pendapat anak (respect
for the opinions of children).
2.
Belajar bukanlah konsekuensi
otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa.
3.
Belajar memerlukan keterlibatan
mental dan kerja siswa sendiri.
4.
Yang bisa membuahkan hasil
belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
5.
Untuk bisa mempelajari sesuatu
dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan, dan
membahasnya dengan orang lain.
6.
Aktivitas pembelajaran pada diri
siswa bercirikan: (a) yang saya dengar, saya lupa; (b) yang saya dengar
dan lihat, saya sedikit ingat; (c) yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan
atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami; (d) yang saya
dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan
keterampilan; dan (e) yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.
7.
John Holt (1967) proses belajar
akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal: (a) mengemukakan
kembali informasi dengan kata-kata sendiri, (b) memberikan contoh, (c)
mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi, (d) melihat kaitan antara
informasi itu dengan fakta atau gagasan lain, (e) menggunakannya dengan beragam
cara, (f) memprediksikan sejumlah konsekuensinya, (g) menyebuitkan lawan atau
kebalikannya.
8.
Ada 9 konteks yang melingkupi
siswa dalam belajar: (a) tujuan, (b) isi materi, (c) sumber
belajar (sumber belajar bagaimanakah yang dapat dimanfaatkan), (d) target
siswa (siapa yang akan belajar), (e) guru, (f) strategi pembelajaran, (g) hasil
(bagaimana hasil pembelajaran akan diukur), (h) kematangan (apakah siswa
telah siap dengan hadirnya sebuah konsep atau pengetahuan), (i) lingkungan
(dalam lingkungan yang bagaimana siswa belajar).
9.
Kata kunci pembelajaran agar
bermakna: (a) real-world learning, (b) mengutamakan pengalaman nyata,
(c) berpikir tingkat tinggi, (d) berpusat pada siswa, (e) siswa aktif, kritis,
dan kreatif, (f) pengetahuan bermakna dalam kehidupan, (g) dekat dengan
kehidupan nyata, (h) perubahan perilaku, (i) siswa praktik, bukan menghafal,
(j) learning, bukan teaching, (k) pendidikan bukan pengajaran,
(l) pembentukan manusia, (m) memecahkan masalah, (n) siswa acting, guru
mengarahkan, (o) hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan
tes.
10.
Pembelajaran yang memperhatikan
dimensi auditori dan visual, pesan yang diberikan akan menjadi lebih kuat.
11.
Otak tidak sekadar menerima
informasi, tetapi juga mengolahnya melalui membahas informasi dengan orang lain
dan juga mengajukan pertanyaan tentang hal yang dibahas.
12.
Otak kita perlu mengaitkan antara
apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan dengan
cara kita berpikir.
13.
Proses belajar harus
mengakomodasi tipe-tipe belajar siswa (auditori, visual, kinestetik)
14.
Resiprositas (kebutuhan mendalam
manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerja sama) merupakan sumber
motivasi yang bisa dimanfaatkan untuk menstimulasi kegiatan belajar.
C. PRINSIP BELAJAR
DAN PEMBELAJARAN
Suatu pelajaran tidak akan berhasil
baik kalau tidak disertai dengan prinsip belajar yang efektif dari pihak
murid-murid. Sejak dahulu ahli-ahli pendidikan telah berusaha untuk menemukan
cara, prinsip, atau pendekatan dalam proses belajar untuk memperoleh hasil yang
diharapkan. Ahli-ahli psikologi pendidikan telah banyak jasanya dalam meneliti
dan menemukan prinsip-prinsip belajar yang dapat mempermanenkan hasil belajar.
Dalam proses perkembangannya ahli-ahli telah tampil mengemukakan pendapatnya
mengenai prinsip-prinip belajar.
1.
Alvin C. Eurich
A.C. Eurich dari Ford Foundation menyimpulkan bahwa
a)
Apapun yang dipelajari oleh murid, murid sendiri yang
harus mempelajari. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar
untuknya.
b)
Setiap murid belajar menurut tempo atau kecepatannya
sendiri, dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan
belajar.
c)
Seorang murid belajar lebih banyak kalau setiap langkah
segera diberikan penguatan.
d)
Penguasaan penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar
secara keseluruhan lebih berarti.
e)
Bila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri,
ia lebih terdorong un tuk belajar; ia akan belajar dan mengingat lebih baik
(L.K. Davies, 1971).
2.
Thorpe &
Schmuller
Mereka menyarankan lima prinsip belajar yang utama, yang
biasanya memperlancar dan cenderung lebih mempermanenkan hasil belajar. Prinsip
itu adalh sebagai berikut:
a)
Murid itu timbul motivasi jika ia mempunyai harapan atau
kebutuhan dalam kegiatan itu.
b)
Belajar itu sesuai dengan tingkatan murid jika sesuai
dengan kemampuan fisik dan intelek murid.
c)
Belajar itu dapat berpola jika murid itu dapat melihat
hubungan yang bermakna antara kegiatan dan tujuan
d)
Belajar itu dapat dievaluasi jika murid mempunyai
beberapa cara untuk mengetahui kemajuan yang sedang dibuatnya.
e)
Belajar itu terpadu dengan perkembangan pribadi-sosial
jika murid itu mengalami pertumbuhan dan penyesuaian diri yang memuaskan (Tyson
& Carrol, 1970).
3.
Ted W. Ward
& William A. Herzorg, Jr.
Menurut mereka, belajar yang efektif
tergantung pada:
a)
relevasi tujuan-tujuan pendidikan dengan nilai-nilai
sosial;
b)
penyesuaian diri dengan karakteristik belajr murid-murid;
c)
penyesuaian diri dengan harapan-harapan pedagogik dari
murid-murid (Ward, Ted W. & Herzorg, William A, Jr., 1974).
4.
Nichols, D. G.
Dalam makalahnya mengenai belajar
efektif , Nichols mengemukakan prinsip belajar semacam hipotesis dalam bentuk
kalimat “jika maka” sebagai berikut:
Jika seorang
anak :
·
mempunyai suatu ide mengenai apa yang akan dipelajari,
·
menerima tujuan-tujuan ini sebagai suatu target belajar
yang dapat diterima,
·
mengetahui dan menilai akibat-akibat positif dalam
mencapai tujuan-tujuan itu,
·
diberikan tugas-tugas untuk dipelajari sesuai dengan
kecakapannya,
·
menerima balikan kemajuan yang beraturan menuju pada
tujuan,
·
diberikan bantuan secara individual berkenaan dengan
kesulitan-kesulitan khusus yang dihadapinya,
·
menerima akibat positif yang mendahului prestasi belajar.
MAKA anak itu akan belajar.
5.
Carl Rogers
Berdasarkan
pandangan student centered, Rogers
menyimpulkan prinsip belajarnya sebagai berikut:
JIKA
individu
atau kelompok dihadapkan pada suatu masalah, seorang pemimpin yang berpengaruh
(catalyst leader) memberikan suatu
suasana yang selalu memberikan kemungkinan (pemissive
atmosphere); tanggung jawab itu betul-betuldilimpahkan kepada individu atau
kelompok;
MAKA
·
tanggung jawab dan analisis masalah yang memadai itu
dibuat;
·
tuntunan diri-sendiri yang bertanggung jawab akan
terjadi, kreativitas, produktivitas dan mutu hasil yang ditujukan akan unggul
bila dibandingkan dengan metode-metode lainnya;
·
moral dan kepercayaan individu dan kelompok berkembang.
Ada banyak sekali teori dan prinsip
belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain
memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut
terdapat prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar
dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya
belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan cara mengajarnya. Adapun
prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran yaitu :
1.
Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari
kajian teori belajr pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian
tak mungkin terjadi belajar (Gage dan Barliner, 1984 : 335). Perhatian terhadap
pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan
kebutuhannya.
Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan
belajar mengajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan
aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada
mobil (Gage dan Barliner, 1984 : 372).
“Motivation is the concept we use when describe the force action on or
within organism to initiate and direct behavior””. Demikian
menurut H.L Petri (Petri, Herbert L, 1983:3). Motivasi dapat merupakan tujuan
dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu
tujuan dalam mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik dalam kegiatan intelektual
dan estetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat, motivasi merupakan
salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang
dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan,
nilai-nilai dan keterampian.
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri,
dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain, dari guru, orang
tua, teman dan sebaginya. Motivasi juga dibedakan atas motif intrinsik dan
motif ekstrinsik. Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai
dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa yang dengan
sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki
pengetahuan yang dipelajarinya. Sedangkan Motif ekstrinsik adalah tenaga
pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi
penyertanya, sebagai contoh, siswa belajar dengan sungguh-sungguh bukan
disebabkan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh
keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah. Naik kelas dan mendapatkan ijazah
adalah penyerta dari keberhasilan belajar.
2. Keaktifan
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif,
jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa
mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif,
konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari,
menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang diperolehnya. Dalam proses belajar
mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan
fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “Law
of exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya
latihan-latihan. Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan
keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam, mulai dari kegiatan fisik yang mudah
kita amati sampai pada kegiatan psikis yang susah untuk kita amati. Kegiatan
fisik dapat berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya
menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan maslaah yang
dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil
percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.
Para guru
memberikan kesempatan belajar kepada para siswa, memberikan peluang
dilaksanakannya implikasi prinsip keaktifan bagi guru secara optimal. Peran
guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa berarti
mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat
mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilan di dalam kondisi yang ada (Sten, 1988 : 224). Hal ini berarti pula
bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu aktif
mencari, memperoleh, dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat menimbulkan
keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru di antaranya dapat melaksanakan
perilaku-perilaku berikut :
1) menggunakan
multimetode dan multimedia,
2) memberikan
tugas secara individual dan kelompok,
3) memberikan
kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil (beranggota tidak lebih dari 3
orang),
4) memberikan
tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang jelas, serta
5) mengadakan
tanya jawab dan diskusi.
3. Keterlibatan Langsung / Berpengalaman
Dalam Belajar yang menggunakan pengalaman langsung, siswa tidak sekedar
mengamati secara langsung tetapi ia juga harus menghayati, terlibat langsung
dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh Jhon Dewey
dengan “Learning by doing”. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan
langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual
maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru
kapasitasnya hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan sebagai keterlibatan
fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental
emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan
pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan
sikap dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan
keterampilan.
4. Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barang kali yang
paling tua adalah yang dikemukakan oleh teori Psikologi Daya. Menurut
teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri
atas daya pengamat, menanggap, mengingat, menghayal, merasakan, berfikir dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka
daya-daya yang dilatih dengan mengadakan pengulangan-pengulangan akan menjadi
sempurna. Penguasaan secara penuh dari setiap
langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti (Davies, 1987 :
32). Dari pernyataan inilah pengulangan masih diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran. Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran
siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam
permasalahan. Dengan kesadaran ini, diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam
melakukan pengulangan. Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan
implikasi prinsip pengulangan, diantaranya menghafal unsur-unsur kimia setiap
valensi, mengerjakan soal-soal latihan, menghafal nama-nama latin tumbuhan,
atau menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah.
5. Tantangan
Dari teori Medan yang dikemukakan oleh Kurt Lwewin, bahwa siswa dalam
situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam
situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu
terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk
mengatasi hambatan tersebut dengan mempelajari bahan belajar tersebut.apabila
hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan
masuk dalam medan baru dan tujuan yang baru pula, demikian seterusnya.
Agar anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka
bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi oleh siswa dalam
bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang
baru, yang banyak mengandung maslaah yang perlu dipecahkan membuat siswa
tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberikan kesempatan pada
siswa untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan
menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep dan generalisasi
tersebut.
Penggunaan metode eksperimen, inquiry, discovery juga memberikan tantangan
bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan
positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh
ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.
6. Umpan Balik dan Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan umpan bailk dan penguatan terutama
ditekankan oleh teori belajar Operant Conditionong dari B.F. Skinner.
Kalau pada teori Conditionong yang diberikan kondisi adalah stimulusnya, maka
pada Operant Conditioning yang diperkuat adalah responsnya. Siswa akan belajar
lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil,
apalagi hasil yang baik, akan merupakan umpan balik yang menyenangkan dan
berpengaruh baik untuk usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu
menurut B.F. Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga
yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif ataupun
negatif dapat memperkuat belajar (Gage dan Barliner, 1984:272).Sebagai contoh
siswa yang belajar dengan sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam
ulangan, maka nilai yang baik akan mendorong anak untuk belajar lebih giat
lagi. Sebaliknya, anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan
akan merasa takut tidak naik kelas. Karena takut tidak naik kelas, maka anak
tersebut terdorong untuk belajar lebih giat lagi. Dalam hal ini nilai buruk dan
rasa takut akan mendorong anak tersebut untuk belajar lebih giat. Inilah yang
disebut dengan penguatan negatif dan di sini siswa mencoba untuk menghindar
dari peristiwa yang tidak menyenangkan. Format sajian dapat berupa tagnya
jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya merupakan cara
belajar terjadinya umpan balik dan penguatan.
7. Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang yang sama
persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu
terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya.
Setiap siswa memiliki karakteristik
sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap
siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya sendiri dan untuk setiap kelompok
umur terdapat variasi kecepatan belajar (Davies, 1987 : 32). Kesadaran bahwa
dirinya berbeda dengan siswa lain, akan membantu siswa menentukan cara belajar
dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri. Implikasi adanya prinsip perbedaan
individual bagi siswa di antaranya adalah menentukan tempat duduk di kelas,
menyusun jadwal belajar, atau memilih bahwa implikasi adanya prinsip perbedaan
individu bagi siswa dapat berupa perilaku fisik maupun psikis.
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang
memperhatikan masalah perbedaan individu. Umumnya proses pembelajaran di kelas
dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan yang rata-rata,
kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran yang klasikal yang mengabaikan perbedaan individu dapat
diperbaiki dengan berbagai cara. Antara lain dengan penggunaan metode atau
strategi belajar mengajar yang bervariasi sehingga perbedaan kemampuan siswa
dapat terlayani. Juga penggunaan media instruksional akan membantu melayani
perbedaan-perbedaan siswa dalam cara belajar. Usaha lain untuk memperbaiki
pembelajaran klasikal adalah dengan memberikan tambahan pelajaran atau
pengayaan pelajaran bagi siswa yang pandai, dan memberikan bimbingan belajar
bagi anak-anak yang kurang. Disamping itu dalam memberikan tugas-tugas
hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa, sehingga bagi siswa
yang pandai, sedang, maupun kurang akan merasakan berhasil dalam di dalam
pembelajaran.
Setiap guru tentunya harus menyadari
bahwa menghadapi banyak siswa di dalam suatu kelas berarti menghadapi berbagai
macam keunikan atau karakteristik. Konsekuensinya adalah guru harus mampu
menghadapi dan melayani setiap siswa dengan karakteristik mereka masing-masing.
Implikasi prinsip perbedaan individual bagi guru berwujud perilaku-perilaku
yang diantaranya adalah:
a. Menentukan
penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa
sesuai dengan karakteristiknya
b. Merancang
pemanfaatan berbagai media dalam menyaksikan pesan pembelajaran
c. Mengenali
karakteristik setiap siswa sehingga
dapat menentukan perilaku pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan
d. Memberikan
remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas, dapat menarik kesimpulan antara
lain :
1. Bahwa Belajar Merupakan Tindakan
dan Perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami
oleh siswa sendiri.
2. Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu
tidak boleh sembarangan.
3. Proses Mengajar harus dijalankan sesuai dengan prinsip yang ada sehingga
dapat menciptakan suasana kelas yang di nginkan bersama.
B. SARAN
Dalam melaksanakan Proses Belajar dan
Mengajar di kelas, sebaiknya sebagai calon pendidik, kita harus bisa
menjelaskan prinsip belajar, menerapkannya dalam upaya meningkatkan kualitas
kita sebagai calon pendidik dan juga menciptakan suasana yang akan menjadikan
siswa lebih nyaman dalam menerima bahan ajar yang akan kita berikan nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyanti, Dr dan Mudjiono, Drs . Belajar dan
Pembelajaran. 2002 Rineka Cipta & Departemen Pendidikan &
Kebudayaan.
Syaifuddin Iskandar, DR, M.Pd, Materi Mata
Kuliah Belajar dan Pembelajaran. 2008 Universitas Samawa
Sahabuddin,
2007.Mengajar dan Belajar. Makassar
0 komentar:
Posting Komentar