MAKALAH ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN
ANTARIKSA
“MINERAL”
OLEH : WHINDA J. BATA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam studi Ilmu pengetahuan bumi dan antariksa merupakan ilmu yang membahas semesta tentang keberadaan bumi
sebagai salah satu bagian dari tata surya dan juga membahas tentang ruang
angkasa beserta benda-benda angkasa lainnya.
Dalam mempelajari semua hal tentang mineral, mulai
dari sifat-sifat fisiknya hingga keterdapatannya pada batuan dinamakan dengan
Mineralogi.
Pada tahap ini kita akan belajar tentang semua hal
yang berkaitan dengan mineral. Dalam studi Geologi, ini sangat penting, karena
mineral adalah salah satu satuan dasar pembentuk Bumi ini. Bagian terluar dari
bumi yang disebut kerak bumi dan disusun oleh batuan dan mineral,
merupakan bagian yang sangat tipis dibandingkan dengan bagian bumi lainnya. Tetapi
bagian ini merupakan bagian bumi yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Manusia sangat membutuhan segala sesuatu dari bagian bumi ini seperti minyak bumi,
bahan baku industri dan juga bahan perhiasan seperti emas.
Kebanyakan orang menganggap batuan adalah segala
sesuatu yang keras, sedangkan mineral adalah segala bahan galian atau batu
mulia yang ditambang dan mempunyai nilai ekonomis. Tetapi anggapan tersebut sangat
jauh dari keadaan yang sebenarnya. Batuan dengan sederhana didefinisikan
sebagai agregasi dari satu atau beberapa jenis mineral yang bercampur menjadi
satu, tetapi sifat dasar dari tiap mineral tersebut masih tetap terlihat.
Meskipun kebanyakan batuan tersusun dari bermacam mineral, tetapi hanya mineral
tertentu saja yang umumnya dijumpai dalam jumlah yang dominan, sehingga materi
tersebut dapat bertindak sebagai batuan atau mineral.
Mineral merupakan bahan padat bentukan alam, umumnya
tersusun oleh material anorganik, mempunyai struktur atom tertentu dan sifat
kimia yang spesifik. Meskipun definisi tersebut dikatakan tepat tetapi masih
ada juga beberapa pengecualian. Batubara dan minyak bumi yang tersusun oleh
material organik, oleh beberapa ahli geologi dikategorikan sebagai mineral. Ada
juga beberapa mineral yang mempunyai komposisi yang bervariasi.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah
yang akan kita uraikan dalam makalah ini, yaitu:
1. Apakah
mineral itu?
2. Bagaimana
sifat-sifat mineral?
3. Bagaimana
proses pembentukan mineral?
4. Bagaimana
mineral sebagai pembentuk batuan?
5. Bagaimana
pendeskripsian mineral?
6. Bagaimana
pembagian kelas mineral?
7. Bagaimana
keterdapatan mineral dalam batuan?
C.
Tujuan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui defenisi dari mineral
2.
Mengetahui sifat-sifat mineral
3.
Mengetahui proses pembentukan mineral
4.
Mengetahui mineral sebagai pembentuk batuan
5.
Mengetahui pendeskripsian mineral
6.
Mengetahui pembagian kelas mineral
7.
Mengetahui keterdapatan mineral dalam batuan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Mineral
Dalam mendefinisikan mineral, hingga saat ini masih belum didapatkan
kepastian untuk menerangkan pengertian dari mineral tersebut. Karena memang
belum didapatkan kesamaan pendapat oleh para ahli tentang hal ini. Namun pada
umumnya dikenal dua defenisi mineral, defenisi klasik yang disimpulkan sebelum
tahun 1977 dan defenisi kompilasi yang disimpulkan setelah tahun 1977.
Menurut defenisi klasik, mineral adalah suatu benda padat anorganik yang
terbentuk secara alami, bersifat homogen, yang mempunyai bentuk kristal dan
rumus kimia yang tetap. Dan menurut defenisi kompilasi, mineral adalah suatu
zat yang terdapat dialam dengan komposisi kimia yang khas, bersifat homogen,
memiliki sifat-sifat fisik dan umumnya berbentuk kristalin yang mempunyai
bentuk geometris tertentu.
Hal yang membedakan kedua defenisi tersebut adalah pada defenisi klasik,
yang termasuk mineral hanyalah benda atau zat padat saja. Dan pada defenisi
kompilasi, mineral mempunyai ruang lingkup yang lebih luas karena mencakup
semua zat yang ada di alam yang memenuhi syarat-syarat dalam pengertian
tersebut. Hal ini salah satunya disebabkan karena ada beberapa bahan yang
terbentuk karena penguraian atau perubahan sia-sisa tumbuhan dan hewan secara
alamiah juga digolongkan kedalam mineral, seperti batubara, minyak bumi dan
tanah diatome. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam-garam
sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang
diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk).
Mineralogi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang mineral.
Mulai dari pembagian atau penggolongan mineral, pengenalan sifat-sifat mineral,
pendeskripsian mineral dan semua hal yang berkaitan dengan mineral.
B.
Sifat-sifat
Mineral
Untuk mempelajari tentang mineral, tentu harus terlebih dahulu mengetahui
sifat-sifat yang ada pada mineral tersebut. Ada beberapa sifat mineral, yaitu
sifat fisik secara teoritis dan sifat fisik secara determinasi (laboratorium).
Sifat fisik secara teori hanya bisa menggambarkan sebagian dari sifat-sifat
mineral dan tidak dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan atau
membedakan mineral-mineral yang ada, karena hanya terdapat pada sebagian
mineral saja. Adapaun sifat-sifat mineral secara teori tersebut adalah :
1.
Suhu Kohesi
Sifat kohesi mineral adalah kemampuan atau daya tarik-menarik antar atom
pada sebuah mineral. Pada mineral, antar mineral-mineral yang sejenis, akan
mempunyai daya tarik-menarik yang menyebabkan mineral-mineral tersebut
cenderung akan terkumpul dalam suatu jumlah tertentu dalam suatu daerah. Hal
ini disebabkan oleh susunan atom-atom atau komposisi kimia dalam mineral yang
tetap. Daya tarik-menarik ini juga dapat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang
mempengaruhi daya tarik-menarik atau kohesi ini disebut suhu kohesi.
2.
Reaksi Terhadap Cahaya
Mineral
cenderung akan bereaksi terhadap cahaya yang datang atau dikenai padanya.
Reaksi ini pada umumnya dapat terlihat oleh mata kita. Namun, sifat ini tidak
dapat dijadikan penentu untuk membedakan mineral. Karena kecenderungan
timbulnya reaksi yang sama pada mineral-minera bila terkena cahaya.
Reaksi-reaksi yang terjadi pada mineral akan menimbulkan atau menampakkan sifat
fisik mineral secara determinasi seperti warna, gores, kilap, transparansi dan
perputaran warna.
3.
Perawakan Kristal
Perawakan
kristal pada mineral diartikan sebagai kenampakkan sekelompok mineral yang sama
yang tumbuh secara tidak sempurna karena ada gangguan dari sumber utama mineral
maupun gangguan dari lingkungan tempat terjadinya mineral, sehingga mineral
tidak terbentuk dengan sempurna yang menyebabkan ada perbedaan bentuk dan
ukuran mineral. Kenampakkan tersebut sering disebut sebagai struktur mineral.
4.
Sifat Kelistrikan
Sifat
kelistrikan pada mineral adalah kemampuan mineral untuk menerima dan juga
meneruskan aliran listrik yang dikenakan padanya. Pada mineral hanya ada dua
jenis sifat kelistrikan. Yaitu, yang dapat menghantarkan listrik (konduktor)
dan yang tidak dapat menghantarkan listrik (isolator).
5.
Sifat Radioaktivitas
Sifat
Radioaktivitas mineral tercermin dari unsur-unsur kimia yang ada dalam mineral
tersebut yang unsure-unsur tersebut dapat mengeluarkan sinar-sinar α, β, dan γ.
Ada mineral-mineral unsure-unsur yang dapat bersifat radioaktiv seperti
Uranium(U), Radium(Ra), Thorium(Th), Plumbum(Pb), Vanadium(V) dan Kalium(K).
Biasanya, mineral_mineral yang bersifat radioaktiv dijumpai dalam
mineral-mineral ikutan atau mineral-minera yang terbetas jumlahnya. Kegunaan
dari mineral-mineral radioaktiv adalah dapat digunakan sebagai sumber energi
dan dapat juga digunakan untuk mengukur waktu Geologi dengan cara menghitung
waktu paruhnya (half time).
6.
Gejala Emisi Cahaya
Gejala emisi
cahaya adalah gejala sumber cahaya yang dihasilkan dalam proses-proses
tertentu. Misalnya, proses radiasi dan keluarnya sinar Ultraviolet. Mineral
Phospor yang pada waktu malam mengeluarkan cahaya adalah contoh emisi cahaya
yang terus-menerus, demikian juga halnya yang terjadi pada mineral Radium(Ra).
Cahaya tersebut merupakan gelombang cahaya yang dikeluarkan oleh mineral,
dimana panjang gelombang cahaya tersebut lebih panjang daripada gelombang
cahaya biasa. Hanya ada beberapa mineral yang dapat menimbulkan emisi cahaya
seperti Phospor, Radium dan Flouride.
7.
Bau dan Rasa
Bau pada
mineral dapat diamati jika bentuk fisik mineral tersebut dapat diubah menjadi
gas. Jenis-jenis bau mineral adalah:
a)
Bau Sulforous adalah bau yang seperti bau Sulfur(S).
b)
Bau Bituminous adalah bau yang seperti Ter
c)
Bau Argillerous adalah bau seperti lempung(tanah).
Seperti halnya bau, rasa pada mineral hanya dapat diamati jika bentuk fisik
mineral diubah menjadi cair. Berikut adalah jenis-jenis rasa pada mineral :
a)
Rasa Saline atau rasa seperti garam(asin).
b)
Rasa Alkaline atau rasa seperti logam atau soda.
c)
Rasa Witter atau rasa pahit.
Setiap mineral yang dapat membesar tanpa gangguan akan memperkembangkan
bentuk kristalnya yang khas, yaitu suatu wajah lahiriah yang dihasilkan
struktur kristalen (bentuk kristal). Ada mineral dalam keadaan Amorf, yang
artinya tak mempunyai bangunan dan susunan kristal sendiri (misalnya kaca &
opal). Tiap-tiap pengkristalan akan makin bagus hasilnya jika berlangsungnya
proses itu makin tenang dan lambat.
C.
Proses
Pembentukan Mineral
Proses pembentukan mineral-mineral
baik yang memiliki nilai ekonomis, maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat
perlu diketahui dan dipelajari mengenai proses pembentukan, keterdapatan serta
pemanfaatan dari mineral-mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis dapat
diketahui bagaimana keberadaannya dan keterdapatannya dengan memperhatikan
asosiasi mineralnya yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari beberapa proses
eksplorasi, penyelidikan, pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa
keberadaan suatu mineral tidak terlepas dari beberapa faktor yang sangat
berpengaruh, antara lain banyaknya dan distribusi unsur-unsur kimia, aspek
biologis dan fisika.
Secara umum, proses pembentukan
mineral, baik jenis logam maupun non-logam dapat terbentuk karena proses
mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma, dan mineral ekonomis selain
karena aktivitas magma, juga dapat dihasilkan dari proses alterasi, yaitu
mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu faktor. Pada
proses pembentukan mineral baik secara mineralisasi dan alterasi tidak terlepas
dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya akan dibahas lebih detail untuk
setiap jenis pembentukan mineral.
Adapun menurut M. Bateman, maka
proses pembentukan mineral dapat dibagi atas beberapa proses yang menghasilkan
jenis mineral tertentu, baik yang bernilai ekonomis maupun mineral yang hanya
bersifat sebagai gangue mineral, yaitu:
1.
Proses Magmatis
Proses ini
sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa, lalu
mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan
bijih. Pada temperatur tinggi (>600˚C) stadium liquido magmatis mulai
membentuk mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral yang
terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu. Proses magmatis ini
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
a.
Early magmatis, yang terbagi atas:
1)
Disseminated, contohnya Intan
2)
Segregasi, contohnya Crhomite
3)
Injeksi, Contohnya Kiruna
b.
Late magmatis,
yang terbagi atas:
1)
Residual liquid segregation, contohnya magmatis Taberg
2)
Residual liquid injection, contohnya magmatis
Adirondack
3)
Immiscible liquid segregation, contohnya sulfide
Insizwa
4)
Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein
2.
Proses Pegmatisme
Setelah
proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan pegmatisme) yang
terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara 600˚C sampai
450˚C berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya Granit.
3.
Proses Pneumatolisis
Setelah
temperatur mulai turun, antara 550-450˚C, akumulasi gas mulai membentuk jebakan
pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin encer. Unsur volatile akan
bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitarnya,
kemudian akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi maupun karena
reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan-batuan yang diterobosnya sehingga
terbentuk endapan mineral yang disebut mineral pneumatolitis.
4.
Proses Hydrotermal
Merupakan
proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur dan tekanan yang
sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya. Secara garis besar,
endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas :
a)
Endapan hipotermal, ciri-cirinya adalah :
1)
Tekanan dan temperatur pembekuan relatif tinggi.
2)
Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi
dengan intrusi dengan kedalaman yang besar.
3)
Asosiasi mineral berupa sulfides, misalnya Pyrite,
Calcopyrite, Galena dan Spalerite serta oksida besi.
4)
Pada intrusi Granit sering berupa endapan logam Au,
Pb, Sn, W dan Z.
b)
Endapan mesotermal, yang ciri-cirinya :
1)
Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah
daripada endapan hipotermal.
2)
Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa
dan dekat dengan permukaan bumi.
3)
Tekstur akibat “cavity filling” jelas terlihat,
sekalipun sering mengalami proses penggantian antara lain berupa “crustification”
dan “banding”.
4)
Asosiasi mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu,
Ag, Sb dan Oksida Sn.
5)
Proses pengayaan sering terjadi.
c)
Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut :
1)
Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.
2)
Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi).
3)
Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi.
4)
Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa
(fissure-vein).
5)
Struktur khas yang sering terjadi adalah “cockade
structure”.
6)
Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan
mineral “gangue”-nya berupa Kalsite dan Zeolit disamping Kuarsa.
Adapun bentuk-bentuk endapan mineral dapat dijumpai
sebagai proses endapan hidrotermal adalah sebagai Cavity filling. Cavity
filling adalah proses mineralisasi berupa pengisian ruang-ruang bukaan (rongga)
dalam batuan yang terdiri atas mineral-mineral yang diendapkan dari larutan
pada bukaan-bukaan batuan, yang berupa Fissure-vein, Shear-zone deposits,
Stockworks, Ladder-vein, Saddle-reefs, Tension crack filling, Brecia filling
(vulkanik, tektonik dan collapse), Solution cavity filling (caves dan
Channels), Gash-vein, Pore-space filling, Vessiculer fillings.
5.
Proses Replacement (Metasomatic replacement)
Adalah
prsoses dalam pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic yang didominasi
oleh pembentukan endapan-endapan hipotermal, mesotermal dan sangat penting
dalam grup epitermal. Mineral-mineral bijih pada endapan metasomatic kontak
telah dibentuk oleh proses ini, dimana proses ini dikontrol oleh pengayaan
unsur-unsur sulfide dan dominasi pada formasi unsur-unsur endapan mineral
lainnya. Replacement diartikan sebagai proses dari larutan yang sangat penting
berupa pelarutan kapiler dan pengendapan yang terjadi secara serentak dimana
terjadi penggantian suatu mineral atau lebih menjadi mineral-mineral baru yang
lain. Atau dapat juga diartikan bahwa penggantian mineral membutuhkan ion yang
tidak mempunyai ion secara umum dengan zat kimia yang digantikan. Penggantian
mineral yang dibawa dalam larutan dan zat kimia yang dibawa keluar oleh larutan
dan merupakan kontak terbuka yang terbagi atas : Massive, Lode fissure, dan
Disseminated.
6.
Proses Sedimenter
Terbagi atas
endapan besi, mangan, phosphate, nikel dan lain sebagainya.
7.
Proses Evaporasi
Terdiri dari
evaporasi laut, danau dan air tanah.
8.
Konsentrasi Residu dan Mekanik
Terdiri atas :
a)
Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi,
bauxite dan lain-lain.
b)
Konsentrasi Mekanik (endapan placer), berupa sungai,
pantai, alluvial dan eolian.
9.
Supergen enrichment
10.
Metamorfisme
Terbagi atas endapan endapan termetamorfiskan dan endapan metamorfisme.
D.
Mineral
Pembentuk Batuan
Mineral-mineral pembentuk batuan dapat dibedakan atas
:
1.
Felsic Mineral
Felsic
mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna terang dan cerah serta
mempunyai berat jenis kecil atau ringan.
Contoh : Quartz,
Feldspar dan Feldspatoid
a.
Quartz (Kuarsa)
Mineral kuarsa memiliki sistem
kristal hexagonal (prisma, bipyramid dan kombinasinya. Rumus kimia tau
komposisi kimia dari kuarsa adalah SiO2. berat jenis dari mineral
ini adalah 2,65 dengan tingkat kekerasan (H) bernilai 7. Warna pada kuarsa
dapat jernih atau keruh bila terdapat bersama feldspar, sering terdapat inklusi
dari gas, cairan atau mineral pengotor didalamnya, yang merupakan unsur
pengotor dan sangat mempengaruhi warna pada kuarsa, sehingga dari warna yang
ditunjukkan dapat diperkirakan kemurnian kuarsa tersebut. Tidak terdapat
belahan pada kuarsa. Dan kuarsa juga banyak digunakan dalam industri, khususnya
yang berkaitan dengan gelas (kaca).
Kuarsa atau kadang disebut “silika”.
Adalah satu-satunya mineral pembentuk batuan yang terdiri dari persenyawaan
silikon dan oksigen. Umumnya muncul dengan warna seperti asap atau “smooky”,
disebut juga “smooky quartz”. Kadang-kadang juga dengan warna ungu atau
merah-lembayung (violet). Nama kuarsa yang demikian disebut “amethyst”, merah
massip atau merah-muda, kuning hingga coklat. Warna yang bermacam-macam ini
disebabkan karena adanya unsur-unsur lain yang tidak bersih.
b.
Feldspar
Feldspar dapat digolongkan kedalam dua golongan besar,
yaitu :
1)
Alkali feldspar (dominasi Orthoklas) yang terdiri dari
orthoklas, mikroklin, sanidine, anorthoklas, pertite, dan antipertite. Orthoklas
adalah anggota dari mineral feldspar. Orthoklas (Potassium feldspars) adalah
mineral silicate yang mengandung unsur Kalium dan bentuk kristalnya prismatik,
umumnya berwarna merah daging hingga putih Rumus kimia atau komposisi kimia
Orthoklas ini adalah KaISi3O8. Berat jenis mineral ini
adalah 2,6 dengan kekerasan 6. Sistem kristalnya adalah monoklin, mempunyai
kilap kaca, dan perawakan yang membutir. Orthoklas ini digunakan sebagai bahan
baku dalam industri keramik..
2)
Plagioklas feldspar yang terdiri dari albite, oligoklas,
andesine, labradorit, bytownite dan anorthite (calsic). Mineral Plagioclase
adalah anggota dari kelompok mineral feldspar. Mineral ini mengandung unsur
Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berbentuk prismatik, umumnya berwarna
putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas yang mengandung Natrium dikenal
dengan mineral Albite, sedangkan yang mengandung Ca disebut An-orthite. Sistem
kristal dari plagioklas ini adalah triklin dengan berat jenis 2,26-2,76.
plagioklas ini mempunyai nilai kekerasan 6 dan mempunyai belahan berbentuk
kembaran. Komposisi kimia dari mineral ini adalah NaCaAl2Si3O8.
c.
Feldspatoid
Mineral feldspatoiid ini juga disebut sebagai pengganti feldspar,
dikarenakan mineral ini terbentuk bila dalam sebuah batuan tidak cukup terdapat
SiO2. Bila dalam suatu batuan terdapat SiO2 (kuarsa)
bebas, maka yang akan terbentuk adalah feldspar dan tidak akan terbentuk
feldspatoid. Mineral-mineral yang termasuk feldspatoid adalah nepheline,
leusite, sodalite, scapolite, carcrinite dan analcite. Namun yang umunya dapat
ditemukan hanyalah nepheline dan leucite.
1)
Nepheline (KNaAl 2Si2O4)
Nepheline
adalah sebuah mineral yang termasuk dalam sistem kristal hexagonal, walaupun
bentuknya jarang dijumpai, umumnya massif dan fine grain. Warna dari mineral
ini adalah putih kekuningan sampai abu-abu kemerahan. Nilai kekerasan nepheline
adalah 5,5 sampai dengan 6 dengan berat jenis (SG) 2,55 sampai 2,65. Kilap pada
nepheline adalah kilap kaca, namun ada juga yang memiliki kilap minyak. Belahan
permukaannya berbentuk prisma yang terdapat dalam kristal-kristal besar.
Nepheline sering ditemukan dalam bentuk “dike” pada batuan beku.
2)
Leucite (KaISi2O)
Mineral
leucite termasuk dalam system isometric dalam bentuk umumnya adalah
trapezohedron. Leucite ini memiliki bentuk kecil dan halus, dan terkenal dengan
nama fine grain matrix. Nilai kekerasan pada mineral leucite ini adalah 5,5
sampai dengan 6 dan nilai berat jenis 2,45 sampai dengan 2,5. warna leucite umumnya
adalah putih keabu-abuan.
2.
Mafic Mineral
Mafic
mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna gelap dan mempunyai berat
jenis besar atau berat.
Contoh :
Olivin, Amphibole, Mica dan Piroksin.
a.
Olivine ((Mg,Fe)2SiO4)
Olivine adalah kelompok mineral
silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe) dan magnesium (Mg). Mineral olivine
berwarna hijau, dengan kilap gelas, terbentuk pada temperatur yang tinggi.
Mineral ini umumnya dijumpai pada batuan basalt dan ultramafic. Batuan yang
keseluruhan mineralnya terdiri dari mineral olivine dikenal dengan batuan
Dunite. Olivine kadang-kadang juga disebut crysoline.
Olivine mempunyai kenampakan kilap
kaca dan nilai kekerasan(H) 5,5-7,0. mineral ini memiliki berat jenis (SG)
3,27-4,27. Pada umumnya olivine ditemukan pada batuan beku basa seperti gabbro,
basalt, peridotite dan dunite.
b.
Piroksin
Piroksin
merupakan kelompok mineral silikat yang kompleks dan memiliki hubungan erat
dalam struktur kristal, sifat-sifat fisik dan komposisi kimia walaupun mereka
mengkristal dalam dua sistem yang berbeda, yaitu orthorhombic dan monoklin.
Secara struktur, piroksin terdiri dari mata rantai yang tidak ada habisnya dan
tetrahedral SiO4 yang diikat bersama-sama secara lateral oleh
ion-ion logam Mg dan Ca yang berikatan dengan oksigen, dan tidak berikatan
langsung dengan silicon.
Komposisi
kimia piroksin secara umum adalah W1-p(X,Y)1+pZ2O6.
Dimana symbol W, X, Y dan Z menunjukkan unsur dengan jari-jari atom yang sama.
W = Na, Ca Y
= Al, Fe, Ti
X = Mg, Fe,
Li, Ma Z = Sid an Al dalam jumlah kecil
Bentuk
kristal piroksin adalah prismatic dengan belahan spesifik. Dalam batuan beku
vulkanik, piroksin adalah Augote Calcio rendah atau Pigionite, sedang dalam
batuan plutonik, piroksin adalah Augite.
c.
Amphibole (Horblende)
Amphibole
adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal yang
menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe), Magnesium
(Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O).
Hornblende tampak berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini banyak dijumpai
pada berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf.
d.
Mica
Mica adalah kelompok
mineral silicate minerals dengan komposisi yang bervariasi, dari potassium (K),
magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) , silicon (Si) dan air (H2O).
Struktur mika adalah tipe tetrahedron dalam lembar-lembar. Tiap SiO4
mempunyai tiga oksigen dan satu oksigen bebas., sehingga komposisi dan valensinya
diwakili oleh (Si 4O10)ˉ4.
Rumus umum
mika dapat ditulis : W(XY)2-3Z4O10)OHF)2
dimana W = K (Na dalam Paragonite mineral yang sangat baik pada sekiot).
X,Y = Al,
Li, Mg, Fe
Z = Ai, Al.
E.
Pendeskripsian
Mineral
Pendeskripsian mineral dilakukan
dengan mengamati sifat-sifat fisik mineral secara determinasi. Sifat-sifat
tersebut adalah : warna, cerat atau gores, kilap, perawakan, belahan,
kekerasan, sifat dalam, berat jenis dan kemagnetan. Semua sifat-sifat tersebut
memiliki nilai atau patokan tertentu sesuai dengan jenisnya. Dalam
pendeskripsian mineral, juga ditentukan system kristal, komposisi atau rumus
kimia, kelas dan grup mineral serta asosiasi dan kegunaan mineral tersebut.
1.
Warna (Colour)
Warna dapat dilihat
ketika terjadi beberapa proses pemindahan panjang gelombang, beberapa menyerap
panjang gelombang spesifik dari spectrum yang dapat dilihat. Spectrum yang
dapat dilihat terdiri dari warna merah, oranye, kuning, hijau, biru, nila, dan
violet.
Ketika terjadi
pemindahan panjang gelombang akan mempengaruhi energi dan akan terjadi
perubahan warna dan jika permata itu mengandung besi biasanya akan terlihat
berwarna kelam, sedangkan yang mengandung alumunium biasanya terlihat berwarna
cerah, tetapi juga ada mineral yang berwarna tetap seperti air (berkristal) dan
dinamakan Idhiochromatic.
Disini warna
merupakan sifat pembawaan disebabkan karena ada sesuatu zat dalam permata
sebagai biang warna (pigment agent) yang merupakan mineral-mineral yaitu :
belerang warnanya kuning; malakit warnanya hijau; azurite warnanya biru; pirit
warnanya kuning; magatit warnanya hitam; augit warnanya hijau; gutit warnanya
kuning hingga coklat; hematite warnanya merah dan sebagainya.
Ada juga
mineral yang mempunyai warna bermacam-macam dan diistilahkan allokhromatik, hal
ini disebabkan kehadiran zat warna (pigmen), terkurungnya sesuatu benda
(inclusion) atau kehadiran zat campuran (Impurities). Impurities adalah
unsur-unsur yang antara lain terdiri dari Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, dan
biasanya tidak hadir dalam campuran murni, unsur-unsur yang terkonsentrasi
dalam batu permata rendah.
Aneka warna
batu permata ini sangat mempersona manusia sehingga manusia memberi gelar
“mulia” pada batu-batu itu, contoh intan yang hanya terdiri dari satu unsur
mineral yakni zat arang merupakan benda yang padat yang bersisi delapan karena
adanya zat campuran yang berbeda akan menyebabkan warna yang berbeda : tidak
berwarna, kuning, kuning muda, agak kebiru-biruan, merah, biru agak hijau,
merah jambu, merah muda, agak kuning coklat, hitam yang dinamakan carbonado,
hijau daun. Banyak mineral hanya memperlihatkam warna yang terang pada
bagian-bagian yang tipis sekali. Mineral yang lebih besar dan tebal selalu
memberi kesan yang hitam, tanda demikian antara lain diperlihatkan oleh banyak
mineral.
Warna hijau
muda, jika warna tersebut makin tua berarti makin bertambah Kadar Fe didalam
molekulnya.
2.
Cerat atau Gores (Streak)
Cerat adalah
warna asli dari mineral dalam bentuk bubuk (diketahui dengan menggoreskan pada
keping porselen). Meskipun warna suatu mineral dapat bermacam-macan, tetapi
ceratnya selalu sama. Jadi warna cerat lebih merupakan warna asli dari mineral.
Cerat dapat juga membantu untuk membedakan mineral metalik dan non metalik.
Mineral dengan kilap metalik biasanya mempunyai cerat lebih gelap daripada
cerat mineral dengan kilap non metalik. Gores ini penting untuk membedakan dua
kristal yang warnanya sama namun goresnya berbeda.
3.
Kilap (Luster)
Kilap adalah
kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilap dibedakan
menjadi dua, yaitu kilap logam dan kilap bukan logam. Kilap logam memberikan
kesan seperti logam bila terkena cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada
mineral-mineral yang mengandung logam atau mineral bijih, seperti emas, galena,
pirit, kalkopirit. Kilap bukan logam tidak memberikan kesan seperti logam jika
terkena cahaya. Kilap jenis ini dapat dibedakan menjadi :
a)
Kilap kaca (vitreous luster). Kilap ini memberikan
kesan seperti kaca bila terkena cahaya. Misalnya : kalsit, kuarsa,dan halite.
b)
Kilap intan (adamantine luster). Kilap ini memberikan
kesan cemerlang seperti intan. Contohnya intan(diamond).
c)
Kilap sutera (silky luster). Kilapn ini memberikan
kesan seperti suterayang mempunyai struktur serat seperti asbes, aktinolit dan
gypsum.
d)
Kilap damar (resinous luster). Kilap ini memberikan
kesan seperti dammar. Contohnya, Sfalerite dan Resin.
e)
Kilap mutiara (pearly luster). Kilap ini memberikan
kesan seperti mutiara atau bagian dalam dari kulit kerang. Misalnya, talc,
dolomite, muscovite, dan tremolite.
f)
Kilap lemak (greasy luster). Kilap ini memberikan
kesan seperti lemak atau sabun. Contohnya, talc dan serpentine.
g)
Kilap tanah (earthy luster). Kenampakannya buram
seperti tanah. Misalnya kaolin, limonit dan bentonit.
h)
Kilap lilin (waxy luster). Kenampakkan kilap mineral
seperti lilin yang khas. Contohnya adalah serpentine dan cerargyrite.
4.
Perawakan Kristal (Habit)
Perawakan
ditentukan dari karakteristik kristal. Bentuk yang sempurna jarang dijumpai
dialam, karena pertumbuhan kristal sering mengalami gangguan. Kebiasaan
mengkristal suatu mineral yang disesuaikan dengan kondisi sekelilingnya
mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri
sendiri maupun yang dalam kelompok-kelompok.
Bentuk khas
mineral dialam ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan
ukuran relative bidang-bidang tersebut. Meskipun perawakankristal bukan ciri
mineral yang tetap (karena factor-faktor tersebut), namun ada beberapa
perawakan kristal masih dapat juga sebagai suatu ciri yang dapat dipergunakan dalam
penentuan jenis mineral.
Perawakan
kristal dibedakan menjadi 3 golongan pada umumnya, yaitu meniang atau
berserabut, lembaran tipis dan membutir.
a)
Meniang atau Berserabut (Elangated habit)
1)
Meniang (Columnar)
2)
Menyerat (Fibrous)
3)
Menjarum (Acicular)
4)
Menjaring (Recticulate)
5)
Membenang (Filiform)
6)
Merambut (Capillary)
7)
Mondok (Stout)
8)
Membintang (Stellated)
9)
Menjari (Radiated)
b)
Lembaran tipis (Flattened habit)
1)
Membilah (Bladed)
2)
Memapan (Tabular)
3)
Membata (Blocky)
4)
Mendaun (Foliated)
5)
Memencar (Divergent)
6)
Membulu (Plumose)
c)
Membutir (Rounded habit)
1)
Mendada (Mamillary)
2)
Membulat (Colloform)
3)
Membulat jari (Colloform radial)
4)
Membutir (Granular)
5)
Memisolit (Pisolitic)
6)
Stalaktit (Stalactitic)
7)
Mengginjal (Reniform)
5.
Belahan (Cleavage)
Belah adalah
kecenderungan batu permata untuk membelah kearah tertentu menyusur permukaan
bidang rata, lebih spesifik lagi ia menunjukkan kearah mana ikatan-ikatan
diantara atom relative lemah dan biasanya reta-retak menunjukan arah belah. Belahan
ialah sifat untuk menjadi belah menurut bidang yang agak sama licinnya. Pembagian
jenis-jenis belahan pada mineral adalah :
a)
Sangat Sempurna
b)
Sempurna
c)
Sedang
d)
Buruk
e)
Tidak ada belahan sama sekali
6.
Pecahan (Fracture)
Apabila
suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas dan
elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah. Bila cara pecahnya tidak
teratur, disebut dengan nama pecahan. Pecahan pada mineral dapat dibedakan
menjadi enam jenis.
a)
Choncoidal
Apabila pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol
atau kulit bawang.
b)
Hackly
Apabila pecahan mineral seperti besi, runcing-runcing
tajam serta kasar tak beraturan atau seperti bergerigi.
c)
Even
Apabila pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah
kecil-kecil dengan ujung pecahan masih mendekati bidang datar.
d)
Uneven
Apabila pecahan mineral menunjukkan permukaan bidang
pecahnya kasar dan tidak teratur
e)
Splintery
Apabila pecahan mineralnya hancur menjadi kecil-kecil
dan tajam menyerupai benang atau berserabut.
f)
Earthy
Apabila pecahan mineral hancur seperti tanah.
7.
Kekerasan
Kekerasan
adalah sebuah sifat fisik lain, yang dipengaruhi oleh tata letak intern dari
atom. Untuk mengukur kekerasan mineral dipakai Skala Kekerasan MOHS
(1773-1839).
a.
Talk, mudah digores dengan kuku ibu jari
b.
GIPS, mudah digores dengan kuku ibu jari
c.
Kalsit, mudah digores dengan pisau
d.
Fluorit, mudah digores dengan pisau
e.
Apatit, dapat dipotong dengan pisau (agak sukar)
f.
Ortoklas, dapat dicuwil tipis-tipis dengan pisau
dibagian pinggir
g.
Kwarsa, dapat menggores kaca
h.
Topaz, dapat menggores kaca
i.
Korundum, dapat mengores topaz
j.
Intan, dapat menggores korundum
Bentuk
Kristal Intan ialah benda padat besisi delapan (OKTAHEDRON)
a.
K = 1 : Talk/Silikat magnesia yang mengandung air.
b.
K = 2 : Gips (CaSO4), batu tahu
c.
K = 3 : Kalsit (CaCo3)
d.
K = 4 : Vluispat (CaF2)
e.
K = 5 : Apatit mengandung chloor
f.
K = 6 : Veldspat, kaca tingkap
g.
K = 7 : Kwarsa, pisau dari baja
h.
K = 8 : Topas; Silikat alumunium yang mengandung
borium, batu permata
i.
K = 9 : Korsum (Al2O3 dalam corak merah, batu permata
delima, corak Biru batu nilam/safir)
j.
K = 10 : intan batu permata
Masing-masing mineral tersebut diatas dapat menggores mineral lain yang
bernomor lebih kecil dan dapat digores oleh mineral lain yang bernonor lebih
besar. Dengan lain perkataan SKALA MOHS adalah Skala relative. Dari segi
kekerasan mutlak skala ini masih dapat dipakai sampai yang ke 9, artinya no. 9
kira-kira 9 kali sekeras no. 1, tetapi bagi no. 10 adalah 42 kali sekeras no.
1.
K.E. Kinge (1860) dalam Han Sam Kay mengelompokkan batu permata yang
dijadikan perhiasan dalam lima belas kelas sebagai berikut :
a.
Batu permata Kelas I, Nilai Keras antara 8 s/d 10
b.
Batu Permata kelas II, Nilai Keras antara 7 s/d 8
c.
Batu permata Kelas III Batu permata kelas ini
tergolong jenis batu mulia dan batu mulia tanggung, nilai kerasnya kira-kira 7,
sebagian besar terdiri dari asam kersik (kiezelzuur), keculai pirus (tuquois)
d.
Batu-Batu mulia Tanggung yaitu batu kelas IV, nilai
keras antara 4 – 7
e.
Batu kelas V. Batu kelas V nilai kerasnya dan kadar
berat jenisnya sangat berbeda-beda. Warnanya gelap (kusam) dan kebanyakan agak keruh,
tidak tembus cahaya, batunya sedikit mengkilap, dan harganyapun amat murah bila
dibandingkan dengan harga batu mulia. Dalam kelas ini termasuk batu marmer dan
batu kelas V tidak tergolong batu mulia.
8.
Sifat Dalam / Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)
Sifat dalam
adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan, pembengkokan, penghancuran
dan pemotongan. Berikut ini adalah jenis-jenis sifat dalam pada kristal.
a.
Brittle yaitu apabila mineral mudah menjadi tepung
halus
b.
Sectile yaitu mineral mudah terpotong dengan pisau dan
tidak ada yang berkurang atau menjadi tepung (hancur).
c.
Malleable yaitu yaitu apabila mineral ditempa dengan
menggunakan palu akan menjadi pipih.
d.
Ductile yaitu apabila mineral ditarik dapat bertambah
panjang dan apabila dilepaskan maka tidak akan kembali seperti semula.
e.
Flexible yaitu apabila mineral dapat dilengkungkan
kemana-mana dengan mudah.
f.
Elastic yaitu apabila mineral dapat merenggang
(bertambah panjang) bila ditarik dan akan kembali seperti semula jika
dilepaskan.
9.
Berat Jenis (Specific Gravity)
Berat jenis adalah
angka perbandingan antara massa jenis (density) suatu mineral dibandingkan
massa jenis (density) air. Untuk mengukur berat jenis suatu mineral adalah
dengan mengukur berat (massa) dan volume mineral tersebut. Berat jenis mineral
adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk analisa mineral baik secara
fisik maupun secara kimia.
10.
Kemagnetan
Sifat kemagnetan adalah sifat
aksi-reaksi mineral terhadap medan magnet yang berada disekitarnya. Dialam, ada
beberapa mineral yang memiliki daya magnet yang kuat, ada yang hanya akan
timbul bila ada medan magnet lain disekitarnya, dan ada pula yang sama sekali
tidak memiliki sifat kemagnetan. Pada mineral, sifat kemagnetan dibagi menjadi
tiga bagian berdasarkan kekuatan atau daya magnet yang dikandungnya.
a.
Feromagnetik
Mineral yang
memiliki daya magnet kuat, umunya mengandung unsur logam yang tinggi.
b.
Paramagnetik
c.
Mineral yang memiliki daya magnet lemah, umumnya
memiliki kandungan Logam namun tidak cukup tinggi.
d.
Diamagnetik
Mineral yang
sama sekali tidak memiliki daya magnet. Bahkan bila didekatkan dengan medan
magnet yang kuat sekalipun. Umumnya adalah yang tidak mengandung unsur logam. Dalam
pendeskripsian mineral juga ditentukan sistem kristal, komposisi kimia, kelas
kristal, kegunaan serta asosiasi keterdapatan mineral tersebut dialam. Hal-hal
tersebut adalah hal pokok yang telah ditetapkan pada suatu mineral dan tidak
dapat berubah-ubah. Dan dalam lembar deskripsi mineral juga digambarkan bentuk
sistem kristal, gambar sketsa kenampakkan mineral dan juga dilampirkan foto
dari mineral
tersebut.
tersebut.
F.
Pembagian Kelas
Mineral
1. Native
Element (Unsur Murni)
Native
element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan hanya
memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung
unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity)
mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih,
atau ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali
lagi seperti semula jika dilepaskan. Kelas mineral native element ini terdiri
dari dua bagian umum.
a. Metal dan
element intermetalic (logam). Contohnya emas, perak, dan tembaga.
b. Semimetal
dan non metal (bukan logam). Contohnya antimony, bismuth, graphite dan sulfur.
Sistem kristal pada native
element dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan sifat mineral itu sendiri. Bila
logam, seperti emas, perak dan tembaga, maka sistem kristalnya adalah
isometrik. Jika bersifat semilogam, seperti arsenic dan bismuth, maka sistem
kristalnya adalah hexagonal. Dan jika unsur mineral tersebut non-logam, sistem
kristalnya dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic,
intan sistem kristalnya isometric, dan graphite sistem kristalnya adalah
hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi,
kisarannya sekitar 6.
Dalam grup
native element ini juga termasuk natural alloys, seperti electrum, phosphides,
silicides, nitrides dan carbides.
2.
Mineral Sulfida
Kelas
mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk dari
kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang). Pada umumnya unsure utamanya
adalah logam (metal).
Pembentukan
mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah gunung api yang
memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada
tempat-tempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur dengan
sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang
ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi air
tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai
alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait dengan hidrotermal (air
panas).
Mineral
kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih (ores). Dan
oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi. Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada industri
logam, mineral-mineral sulfides tersebut akan diproses untuk memisahkan unsur
logam dari sulfurnya.
Beberapa
penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur utamanya
umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai
kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang
bersifat logam.
Beberapa
contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pyrite (FeS3),
Chalcocite (Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS) dan proustite (Ag3AsS3).
Dan termasuk juga didalamnya selenides, tellurides, arsenides, antimonides, bismuthinides
dan juga sulfosalt.
3.
Mineral Oksida dan Hidroksida
Mineral
oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari kombinasi unsur
tertentu dengan gugus anion oksida (O) dan gugus hidroksil hidroksida (OH atau
H).
Mineral
oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur
tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya
lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat
kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, chrome,
mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah
“es” (H2O), korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3)
dan kassiterit (SnO2).
Seperti
mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran atau
persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH). Reaksi pembentukannya
dapat juga terkait dengan pengikatan dengan air. Sama seperti oksida, pada
mineral hidroksida, unsur utamanya pada umumnya adalah unsur-unsur logam.
Beberapa contoh mineral hidroksida adalah goethit (FeOOH) dan limonite (Fe2O3.H2O).
4.
Mineral Carbonat (CO3)
Merupakan
persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3 dikenal
sebagai mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk
batuan sedimen.
Carbonat
terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonat juga
terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua
(caves), stalaktit, dan stalagmite. Dalam kelas carbonat ini juga termasuk nitrat
(NO3) dan juga Borat (BO3).
Carbonat,
nitrat dan borat memiliki kombinasi antara logam atau semilogam dengan anion
yang kompleks dari senyawa-senyawa tersebut (CO3, NO3,
dan BO3).
Beberapa
contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah dolomite
(CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite
(MgCO3). Dan contoh mineral nitrat dan borat adalah niter (NaNO3)
dan borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O).
5.
Mineral Sulfat (SO4)
Sulfat
terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah
kombinasi logam dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat
biasanya terjadi pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya,
kemudian perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halida
berinteraksi.
Pada kelas
sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan tungstat. Dan sama
seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari kombinasi logam
dengan anion-anionnya masing-masing.
Contoh-contoh
mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah anhydrite (calcium sulfate),
Celestine (strontium sulfate), barite (barium sulfate), dan gypsum (hydrated
calcium sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral chromate, molybdate,
selenate, sulfite, tellurate serta mineral tungstate.
6.
Mineral Silicate (Si, O)
Silicat
merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari mineral yang dikenali.
Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang merupakan
persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal. Karena
jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi terdiri dari
mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 Km
dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu
sedimen, batuan beku maupun batuan malihan (metamorf). Silikat pembentuk batuan
yang umum adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan
non-ferromagnesium.
1)
Quartz (SiO2)
2)
Feldspar Alkali (KAlSi3O8)
3)
Feldspar Plagioklas ((Ca,Na)AlSi3O8)
4)
Mica Muscovit (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2)
5)
Mica Biotit (K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2)
6)
Amphibol Horblende ((Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH))
7)
Piroksin ((Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6)
8)
Olivin ((Mg,Fe)2SiO4)
Nomor 1 sampai 4 adalah mineral non-ferromagnesium dan
5 hingga 8 adalah mineral ferromagnesium.
G.
Keterdapatan
Mineral dalam Batuan
Batuan yang ada dibumi ini adalah
kumpulan dari mineral-mineral. Mineral-mineral tersebut pada proses
pembentukannya yang bermacam-macam secara proses geologi tentunya tidak
terbentuk sendiri. Mineral-mineral tersebut terbentuk bersama dengan
mineral-mineral lainnya yang berasal dari satu sumber yang sama. Oleh karena
itu, hanya sedikit jumlah mineral yang mempunyai atau terbentuk dari satu unsur
kimia saja. Mineral-mineral pada umumnya mempunyai ikatan kimia antara unsur utamanya
dengan unsur-unsur pembentuk lainnya, kecuali kelas native element. Unsur-unsur
pembentuk mineral yang berikatan dengan unsur utama mineral umumnya juga
menentukan kelas mineral tersebut. Seperti unsur sulfat, phosfat, carbonat dan
silikat.
Keterdapatan mineral pada batuan
sangat beragam, karena proses pembentukannya yang juga berbeda-beda. Namun pada
dasarnya, seluruh mineral dan juga batuan yang terbentuk berasal dari magma. Dan
akhirnya setelah mengalami proses-proses geologi lainnya, maka terbentuk
mineral dan batuan tersebut hingga menjadi berbeda-beda.
Selain pengertian mineral sebagai
pembentuk batuan, mineral juga adalah sebagai pembagi atau pembeda batuan.
Sehingga batuan terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan komposisi mineral
pembentuknya. Selain itu, faktor yang juga menyebabkan pembedaan batuan
tersebut adalah komposisi kimia, tekstur dan proses yang menyebabkan mineral
itu terbentuk. Hal-hal tersebut juga masih berkaitan dengan mineral-mineral
pembentuk batuan.
Berdasarkan jumlah keterdapatannya
dalam batuan, mineral dibedakan menjadi tiga bagian.
1.
Mineral Primer
Mineral
primer adalah mineral yang keterdapatannya paling banyak dalam batuan. Mineral
ini umumnya terdapat lebih dari 10%, dimana mineral ini mempengaruhi penamaan
dalam batuan. Mineral-mineral primer atau utama ini hampr semua anggotanya
adalah dari kelas mineral silicate, khususnya yang termasuk dalam Bowen Series.
Mineral
primer ini pembentukannya pada umumnya terkait dengan proses magmatis. Yaitu
berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa, yang kemudian mengalami
pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral.
Mineral-mineral
ini umumnya terdapat pada batuan beku, yaitu batuan dari hasil proses magmatis.
Contoh mineral primer adalah kuarsa, orthoklas, plagioklas, foid, feldspar,
biotit, hornblende, piroksen, dan olivin.
2.
Mineral Sekunder
Mineral
sekunder adalah mineral yang terbentuk dari mineral utama yang mengalami proses
pelapukan pada batuan. Batuan, baik beku, sediment maupun metamorf yang
tersingkap diatas permukaan, bersentuhan dengan atmosfir, hidrosfir dan biosfir
akan mengalami proses pelapukan. Batuan akan terubah secara fisik maupun
kimiawi, di alam, kedua proses ini sulit dibedakan, karena berlangsung secara
bersamaan. Namun secara teoritis kedua proses ini dibedakan. Proses pelapukan
inilah salah satu proses yang mengubah permukaan bumi setiap saat meskipun
perubahannya tidak tampak dengan segera karena prosesnya yang berlangsung
dengan sangat lambat.
Pelapukan
mekanik atau pelapukan secara fisik adalah pelapukan yang hanya berlangsung
secara fisik saja, secara mekanik dan tidak disertai perubahan kimia. Sehingga
yang berubah hanya bentuk fisiknya saja, sedangkan komposisi kimianya tetap.
Seperti yang semula mempunyai bentuk dan volume besar, kemudian hancur menjadi
bentuk yang kecil-kecil. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan fisik ini
adalah rekahan, pertumbuhan kristal, tekanan es, pengaruh suhu serta pengaruh
makhluk hidup.
Pelapukan
kimia adalah proses pelapukan yang terjadi pada batuan dan menyebabkan
berubahnya sifat atau komposisi kimia suatu batuan. Pada umumnya pelapukan ini
terjadi karena batuan atau mineral secara kimiawi dengan zat-zat atau senyawa
yang ada di alam. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya pelapukan kimia
ini adalah hidrolisa, oksidasi, dan pencucian. Beberapa contoh mineral sekunder
ini adalah hematite, kalium feldspar, orthoklas dan mineral lempung.
3.
Mineral tambahan
Mineral
tambahan atau sering disebut juga mineral aksesori ini adalah mineral yang
persentasenya sangat sedikit dalam batuan, namun selalu ditemukan. Mineral ini
jumlahnya kurang dari 10% dari seluruh komposisi batuan. Dan karena
keterdapatannya sangat sedikit, menjadikan mineral-mineral tambahan ini
memiliki nilai yang ekonomis yang tinggi. Pada umumnya mineral tambahan ini
digunakan untuk perhiasan seperti rutil. Namun ada juga yang digunakan dalam
industri dan memiliki nilai yang sangat tinggi seperti zircon. Contoh lainnya
dari mineral tambahan ini adalah turmalin.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menurut
defenisi klasik, mineral adalah suatu benda padat anorganik yang terbentuk
secara alami, bersifat homogen, yang mempunyai bentuk kristal dan rumus kimia
yang tetap. Dan menurut defenisi kompilasi, mineral adalah suatu zat yang
terdapat dialam dengan komposisi kimia yang khas, bersifat homogen, memiliki
sifat-sifat fisik dan umumnya berbentuk kristalin yang mempunyai bentuk
geometris tertentu. Beberapa sifat mineral, yaitu sifat fisik secara teoritis
dan sifat fisik secara determinasi (laboratorium). Proses pembentukan
mineral-mineral baik yang memiliki nilai ekonomis, maupun yang tidak bernilai
ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari mengenai proses pembentukan,
keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-mineral tersebut. Mineral pembentuk
batuan dibedakan atas Felsic Mineral dan Mafiq mineral. Pendeskripsian mineral
dilakukan dengan mengamati sifat-sifat fisik mineral secara determinasi.
Sifat-sifat tersebut adalah : warna, cerat atau gores, kilap, perawakan,
belahan, kekerasan, sifat dalam, berat jenis dan kemagnetan. Pembagian kelas
mineral yaitu native element, mineral sulfida, mineral oksida dan hidroksida,
mineral karbonat, dan mineral silicate. Batuan yang ada dibumi ini adalah
kumpulan dari mineral-mineral. Mineral-mineral tersebut pada proses
pembentukannya yang bermacam-macam secara proses geologi.
B.
Saran
Diharapkan setelah mempelajari dan memahami makalah
ini, mahasiswa dapat mengetahui defenisi dari mineral, sifat-sifat mineral, proses
pembentukan mineral, mineral sebagai pembentuk batuan, pendeskripsian mineral, pembagian
kelas mineral, dan keterdapatan mineral dalam batuan
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus.
2008. “Mineral : Penggolongan Mineral”. http://firdaus.unhalu.ac.id Diakses
Tanggal 26 Februari 2014
Fuerer,
Sang. 2009 ”Pembentukan Endapan Mineral”.http://sangfuehrer.blogspot.com Diakses
Tanggal 26 Feruari 2014
Noval. 2012.
“Mineral dan Bahan yang Terkandung dalam Batuan”. http://.darus.blogspot.com Diakses
Tanggal 26 Februari 2014
Salisbury,
Edwar Dana. 1921. ”A Textbook of Mineralogy”. New York : John Wiley & Sons.
0 komentar:
Posting Komentar