RESUME
BUKU
“PERENCANAAN PEMBELAJARAN” ( Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd )
BAB
1
KONSEP
DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN
A. Definisi Perencanaan
Rumusan baru tentang perencanaan yang diambil dari beberapa
rumusan dapat dikatakan bahwa Perencanaan yakni suatu cara yang memuaskan untuk
membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah
yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan
tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B. Perencanaan Pembelajaran
Istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau
perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya
dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai sumber
belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang
dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena
itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”,
dan bukan pada “ apa yang dipelajari siswa”.
C. Dasar Perlunya Perencanaan
Pembelajaran
Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi
sebagai berikut:
1.Untuk memperbaiki kualitas pembelajarn perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran.
2.Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan system
Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar.
3.Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perorangan
5. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini aka nada tujuan langsung pembelajaran dan tujuan pengiring dari pembelajaran.
6. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar.
7.Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran
8. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
1.Untuk memperbaiki kualitas pembelajarn perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran.
2.Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan system
Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar.
3.Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perorangan
5. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini aka nada tujuan langsung pembelajaran dan tujuan pengiring dari pembelajaran.
6. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar.
7.Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran
8. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
D. Prinsip – Prinsip Umum Tentang
Mengajar
1.
Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. Apa yang telah
dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan diajarkan.
2.
Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.
3.
Mengajar harus memperhatikan perbedaan individu setiap siswa.
4.
Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam
mengajar.
5.Tujuan
pengajaran harus diketahui siswa.
6.
Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar.
7.
Dari yang sudah diketahui (fakta) kepada yang tidak diketahui (konsep yang
bersifat abstrak)
8.
Sering menggunakan penguatan (reinforcement)
E. Tipe – Tipe Belajar
1. Belajar isyarat (signal learning)
2. Belajar stimulus (stimulus respon
learning)
3. Belajar rangkaian (chaining)
4. Asosiasi verbal (verbal association)
5. Belajar diskriminasi (discrimination
learning)
6. Belajar konsep (concept learning)
7. Belajar aturan (rule learning)
8. Belajar pemecahan masalah (problem
solving)
BAB 2
PENDEKATAN SISTEM DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian Sistem
Pengertian system adalah suatu
kesatuan unsur – unsur yang saling berinteraksi secara fungsional yang
memperoleh masukan menjadi keluaran.
B. Tujuan Sistem
Tujuan suatu lembaga
pendidikan ialah untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada yang membutuhkan.
Tujuan instruksional ialah agar siswa belajar mengalami perubahan perilaku
tertentu sesuai dengan tingkat taksonomi yang telah dirumuskan terlebih dulu.
C. Fungsi-Fungsi Sistem
Untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, diperlukan berbagai fungsi yang beraktivitas.
D. Komponen-komponen sistem
Bagian suatu system yang
melaksanakan fungsi untuk menunjang usaha mencapai tujuan system disebut
komponen. Komponen yang melakukan proses transformasi disebut subsistem, karena
masing – masing bagian atau komponen itu sesungguhnyaadalah suatu system pula.
E. Interaksi atau Saling Hubungan
Semua
komponen dalam system pembelajaran haruslah saling berhubungan satu sama lain.
F. Penggabungan yang Menimbulkan Jaringan Keterpaduan
F. Penggabungan yang Menimbulkan Jaringan Keterpaduan
Penggabungan yang menimbulkan
keterpaduan ini berdasarkan pada hokum Gestalt yang menyatakan bahwa suatu
keseluruhan itu mempunyai nilai atau kemampuan yang lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan jumlah bagian-bagian.
G. Proses Transformasi
Proses yang mengubah masukan (input)
menjadi hasil (output). Hasil yang dikeluarkan oleh suatu system kepada sebuah
atau beberapa system lainnya sebagai masukan yang akan diproses lebih lanjut,
dan berlangsung secara berkesinambungan melalui tahapan transformasi.
BAB 3
TIGA VARIABEL PEMBELAJARAN
Titik awal upaya memperbaiki
kualitas pembelajaran diletakkan pada proses pembelajaran atau pada metode
pembelajarannya. Manipulasi variabel metode dalam interaksinya dengan variabel
kondisi pembelajaran akan menentukan kualitas hasil pembelajaran.
A. Metode Pembelajaran
Variabel
metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 (tiga) jenis,
yaitu:
1. Strategi Pengorganisasian (organizational strategy)
1. Strategi Pengorganisasian (organizational strategy)
2.
.Strategi Penyampaian (delivery strategy)
3.
Strategi Pengelolaan (management strategy)
B. Kondisi Pembelajaran
Regeluth dan Merril (1979)
mengelompokkan variabel kondisi pembelajaran menjadi tiga (3) kelompok, yaitu:
1. Tujuan Pembelajaran
2. Kendala dan karakteristik bidang
studi
3. Karakteristik si belajar
C. Hasil Pembelajaran
1. Keefektivan (effectiveness)
2.
Efisien (efficiency)
3.
Daya Tarik (appeal)
BAB 4
SEPULUH LANGKAH MENDESAIN
PEMBELAJARAN MENURUT DICK AND CARREY
A.Pendahuluan
Sebagai seorang tenaga pengajar (guru), aktivitas kegiatannya tidak dapat dilepaskan dengan proses pengajaran. Proses pengajaran merupakan suatu proses yang sistematis, yang tiap komponennya sangat menentukan keberhasilan belajar anak didik.
Desain Pembelajaran Menurut Dick and
Carrey Model pengajaran Dick and Carry (1985) dapat disajikan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi tujuan umum pengajaran
2. Melaksanakan analisis pengajaran
3. Mengidentifikasi tingkah laku
masukan dan karakteristik siswa
4. Merumuskan tujuan performansi
5. Mengembangkan butir-butir tes acuan
patokan
6. Mengembangkan strategi pengajaran
7. Mengembangkan dan memilih material
pengajaran
8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi
formatif
9. Merevisi bahan pembelajaran
10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi
sumatif
BAB 5
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Keuntungan yang dapat diperoleh
melalui penuangan tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Waktu mengajar dapat dialokasikan
dan dimanfaatkan secara tepat
Pokok bahasan dapat dibuat seimbang, sehingga tidak ada materi pelajaran yang dibahas terlalu mendalam atau terlalu singkat.
Pokok bahasan dapat dibuat seimbang, sehingga tidak ada materi pelajaran yang dibahas terlalu mendalam atau terlalu singkat.
2. Guru dapat menetapkan berapa banyak
materi pelajaran yang dapat disajikan dalam setiap jam pelajaran.
3. Guru dapat menetapkan urutan atau
rangkaian materi pelajaran secara tepat (memudahkan siswa mempelajari isi
pelajaran)
4. Guru dapat dengan mudah menetapkan
dan mempersiapkan strategi mengajar yang paling cocok dan menarik
5. Guru dapat dengan mudah mempersiapkan
berbagai keperluan peralatan maupun bahan dalam keperluan belajar
6. Guru dapat dengan mudah mengukur
keberhasilan siswa dalam belajar
7. Guru dapat menjamin bahwa hasil
belajarnya akan lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar tanpa tujuan jelas
B.
Arti
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah suatu
pernyataan yang jelas dan menunjukkan penampilan dan keterampilan siswa
tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
C.
Taksonomi
Tujuan Pembelajaran
Benyamin S. Bloom dan D. Krathwolh
(1964) memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan, yakni : kognitif
tingkatpengetahuan(knowledge), tingkat pemahaman (comprehension), tingkat
penerapan (application),tingkat analisis (analysis), tingkat sintesis (synthesis),
tingkat evaluasi (evaluation), afektif ( sikap dan perilaku), kemauan menerima,
kemauan menanggapi,berkeyakinan,penerapan karya, ketekunan dan ketelitian,
psikomotor, persepsi, kesiapan, mekanisme, respons terbimbing, kemahiran,
adaptasi, originasi format untuk menulis tujuan pembelajaran tujuan
pembelajaran sebaiknya dinyatakan dalam bentuk ABCD format, artinya:
A = Audience (petatar, siswa,
mahasiswa, dan sasaran didik lainnya)
B = Behavior (perilaku yang dapat
diamati sebagai hasil belajar)
C = Condition (persyaratan
yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat dicapai
D = Degree (tingkat penampilan yang
dapat diterima)
BAB 6
STRATEGI PEMBELAJARAN
A. Sekilas tentang Strategi
Pembelajaran
Paling
tidak ada tiga (3) jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yaitu:
1. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
1. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
2.
Strategi Penyampaian Pembelajaran
3.
Strategi Pengelolaan Pembelajaran
4.
Strategi Pengorganisasian Pengajaran
Strategi pengorganisasian pembelajaran secara khusus merupakan
fase yang amat penting dalam rancangan pengajaran, Synthezing akan membuat
topic-topik dalam suatu bidang studi menjadi lebih bermakna bagi siswa.
BAB 7
DESAIN PESAN DAN KARAKTERISTIK SISWA
DALAM PEMBELAJARAN
A. Konsep Desain dalam Teknologi Pembelajaran
Teknologi pembelajaran adalah
penerapan secara sistemik dan sistematis strategi dan teknik yang diambil dari
konsep ilmu perilaku dan ilmu yang bersifat fisik serta pengetahuan lain untuk
keperluan pemecahan masalah pembelajaran.
Salah satu isu yang berkenaan dengan
bidang garapan ini adalah siapakah yang menjadi sasaran layanan teknologi
pendidikan ? bagaimana model layanan yang cocok diberikan kepada sasaran ?
bagaimana karakteristik yang dilayani ? bagaimana mendesain layanan yang
diberikan pada sasaran layanan?
B. Desain Pesan dalam Teknologi
Pembelajaran
Dalam kawasan teknologi pendidikan terdapat lima (5) kawasan
yang menjadi bidang garapan penelitian.
C. Karakteristik Siswa
Variabel ini didefinisikan sebagai
aspek – aspek berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar,
kemampuan berpikir dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah
dimilikinya.Aliran Behaviorisme kaitannya dengan Karakteristik Siswa
Aliran perilaku stimulus dan respon
(S – R) adalah suatu aliranperilaku yang menekankan antecendent sebagai
penyebab dari perilaku yang umumnya disebut metodologi aliran perilaku (Skiner,
1974). Salah satu aspek yang berbeda dari pendekatan metodologi behavioris adalah
pada permintaan untuk data – data eksperimental (manipulative) untuk
membenarkan setiap interpretasi dari perilaku adalah sebab akibat. Observasi
secara alamiah, pengalaman pribadi, penilaian harus berdasar pada bukti-bukti
untuk mendukung setiap penjelasan secara psikologis. Formula ini berarti bahwa
setiap pendengar harus membuat respons yang tepat ketika ada rangsangan
(stimulus) yang tepat dan ketika terdapat suatu kondisi yang diperlukan.
D. Analisis Tugas dan Tujuan Perilaku
Kibler dkk (1974) mencatat ada
banyak dasar-dasar yang rasional untuk menggunakan tujuan perilaku. Ini
termasuk :
1. Membantu mengevaluasi kinerja
pendengar
2. Mendesain dan merancang
urutan-urutan dari instruksi
3. Mengkomunikasikan persyaratan dan
harapan-harapan
4. Menyediakan dan mengkomunikasikan
terlebih dahulu tingkat kinerja dari instruksi
Desain Saat Ini dan Model Penyampaian PSI (Personalized System of Intructional)
Desain Saat Ini dan Model Penyampaian PSI (Personalized System of Intructional)
Ada
5 karakter PSI, yaitu :
-
Menggunakan
instruktur atau pengajar
-
Penguasaan
materi pelajaran
-
Menyusun
sendiri kecepatan belajarnya
-
Guru
sebagai motivator
-
Menggunakan
kata-kata tertulis
-
Ketepatan
Mengajar (Precision Teaching)
Suatu metode yang lebih menekankan
monitoring kegiatan belajar di dalam kelas. Guru yang tepat menjadi lebih
lancer, akurat, dan cepat kinerjanya, suatu tujuan yang dapat meningkatkan
kemajuan murid.
BAB 8
PERLUNYA MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR EMOSIONAL ANAK DALAM
MERANCANG PEMBELAJARAN
A. Konsep Dasar Emosional
Lawrence Shapiro (1997),
kecerdasan emosional anak dapat dilihat pada (a) keuletan, (b) optimism, (c)
motivasi diri, dan (d) antusiasme. Kecerdasan emosional pengukurannya bukan
didasarkan pada kepintaran seorang anak, tetapi melalui suatu yang disebut
dengan karakteristik pribadi atau “karakter”.
B. EQ Versus IQ
Keterampilan EQ bukanlah lawan
keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara
dinamis, baik pada tingkat konseptual maupun di dunia nyata. Idealnya kedua
keterampilan tersebut dapat dikuasai oleh seseorang.
C. Anatomi Saraf Emosi
Korteks, yaitu bagian otak yang
digunakan untuk berpikir. Kadang-kadang disebut neokorteks sebagai bagian yang
berbeda dari bagian otak yang mengurusi emosi yakni system limbic
(hippocampus), tetapi sesungguhnya hubungan antara kedua bagian inilah yang
menentukan kecerdasan emosional seseorang. Korteks terdiri atas empat lobus
(belahan otak), dan kerusakan pada lobus tertentu akan menyebabkan masalah
tertentu pula. Adapun belahan otak tersebut adalah: Lobus Oksipitalis terletak
dibagian belakang kepala merupakan bagian otak yang mengendalikan penglihatan.
Lobus Temporalis terletak tepat dibelakang telinga dikedua sisi kepala,
kerusakan bagian ini akan menyebabkan masalah pada memeori jangka panjang.
Menjadi Orang Tua Ber – EQ Tinggi
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa hubungan yang terbuka dan saling
menyayangi dengan anak akan memberikan efek jangka panjang berupa meningkatnya
citra diri, keterampilan menguasai situasi, dan mungkin kesehatan anak.
Bagi anak – anak dibawah 9 tahun, Barkley menganjurkan agar orang tua menetapkan wkatu khususu untuk berpartisipasi dengan anak-anaknya dalam kegiatan bermain. Selama waktu itu orang tua harus menciptakan suasana yang tidak menuntut penilaian tetapi menarik, menggairahkan, dan menunjukkan penerimaan.
Bagi anak – anak dibawah 9 tahun, Barkley menganjurkan agar orang tua menetapkan wkatu khususu untuk berpartisipasi dengan anak-anaknya dalam kegiatan bermain. Selama waktu itu orang tua harus menciptakan suasana yang tidak menuntut penilaian tetapi menarik, menggairahkan, dan menunjukkan penerimaan.
D. Emosi dari Segi Moral
Ada dua kelompok emosi, yaitu: Emosi
Negatif, sifatnya dapat memitivasi anak-anak untuk belajar dan mempraktikan
perilaku prososial, termasuk (a) takut dihukum, (b) kekhawatiran tidak diterima
oleh orang lain, (c) rasa bersalah bila gagal memenuhi harapan seseorang, (d)
malu bila berbuat sesuatu yang tidak dapat diterima orang lain.
Emosi Positif akan membentuk moral anak, adalah empati dan apa yang disebut dengan naluri pengasuhan, yang meliputi kemampuan untuk menyayang.
Emosi Positif akan membentuk moral anak, adalah empati dan apa yang disebut dengan naluri pengasuhan, yang meliputi kemampuan untuk menyayang.
E. Empati dan Kepedulian Kepada Anak
Salah satu unsur dari emosional
adalah empati. Empati merupakan suatu sikap kepribadian seseorang dimana
seseorang mampu menempatkan diri dalam posisi orang lain.
F. Mengembangkan Empati dan Kepedulian
Keterampilan
memahami sesuatu dengan perspektif orang lain ini memungkinkan seorang anak
mengetahui kapan bias mendekati teman yang sedih dan kapan membiarkannya
sendiri.
G. Keterampilan EQ yang Harus Diingat
Hal yang perlu diingat dalam
keterampilan EQ ini adalah : Ajarkan nilai kejujuran kepada anak sejak mereka
masih muda dan konsisten dengan pesan anda waktu usia mereka bertambah.
Pemahaman anak mengenai kejujuran bias berubah, tetapi pemahaman anad jangan
berubah. Anda dapat menjadikan kejujuran dan etika sebagai bahan perbincangan
sejak anak masih sangat muda dengan memilihkan buku-buku dan video untuk
menikmati bersama anak, memainkan permainan kepercayaan, dan memahami
berubahnya kebutuhan anak atas privasi.
H. Emosi Moral Negatif Rasa Malu dan Rasa Bersalah
Membuat anak merasa malu atas
perbuatan anti sosialnya merupakan cara yang manjur untuk mengubah perilaku
ini. Emosi negative rasa malu dan rasa bersalah dapat dimanfaatkan secara
konstruktif untuk membentuk perilaku moral anak:
-
Memanfaatkan
rasa malu
-
Berpikir
realistis
-
Keuntungan
optimis
-
Mengubah
kelakuan anak dengan mengubah pola piker mereka
-
Mendefinisikan
masalah sebagai “musuh”
-
Membuat
kerangka baru suatu masalah dan menuliskannya
I. Aplikasi Pertimbangan Faktor
Emosional Anak dalam Perencanaan Pembelajaran
Masalah kepribadian sering dapat menimbulkan kelakuan yang menyimpang,
lebih-lebih jika seseorang dikategorikan tertekan perasaannya. Orang yang
tertekan perasaannya akan cenderung untuk melakukan penyimpangan, mungkin
terhadap system social ataupun terhadap pola-pola kebudayaan. Ada beberapa
sifat khusus yang dapat menimbulkan kejahatan, yaitu sebagai berikut: Sakit
Jiwa ( konflik mental yang berlebihan, cenderung antisocial, pernah melakukan
dosa besar/berat )
1. Perkembangan Emosional
Teori
Freudianisme dan teori psikobiologi menekankan pada perlunya peran ego dalam
diri setiap individu. Jika ego lemah, emosi akan mudah terpicu sehingga dapat
melakukan hal-hal yang melanggar batas .
2. Perkembangan Mental
Mental
ada kaitannya dengan daya inteligensi. Jika seseorang mempunyai daya
inteligensi yang tajam dan dapat menilai realitas, ia semakin mudah untuk
menyesuaikan diri dengan masyarakat, dan sebaliknya.
3. Anomi
Masa
anomi ditandai dengan ditinggalkannya keadaan yang lama dan mulai menginjak
dalam keadaan yang baru. Sebagai ukuran orang akan menjadi anomi (kebingungan)
adalah (a) di kala ia berhadapan dengan suatu kejadian atau perubqahan yang
belum pernah dialaminya, dan (b) di kala ia berhadapan dengan situasi yang
baru, ketika harus menyesuaikan diri dengan cara-cara yang baru pula.
J.
Aplikasi
Emosi dalam Kehidupan Sehari – hari
Proses emosi dapat dijelaskan dari
proses fisiologik, yaitu terjadinya perubahan dalam diri (visceral
change)akibat dipengaruhi system saraf autonomic, kelenjar endokrin, dan system
saraf pusat. Hypothalamus bekerja mengontrol system saraf autonomic,
selanjutnya mengawali dan memulai terjadinya kondisi dasar dan emosi. Cerebral
Cortex bertindak sebagai penggerak perbuatan emosi yang keadaannya tidak teratur.
Perubahan dalam reflek kulit
Galvanis – GSR ( Galvanis Skin Reflex), sirkulasi ( tekanan darah, perubahan
kimiawi dan distibusinya), aktivitas “Gastrointensinal”(panas badan),
respirasi/berkeringat, berdirinya bulu kuduk, ukuran pupil matadan sebagainya.
Kondisi bangkitnya (Arousal State) emosi dan motivasi sangat mirip satu sama lainnya. Proses Cerebral mempersepsi situasi dan menafsirkan sensasi selalu berbasis pada keadaan lingkungan.
Takut dan Marah, merupakan akibat dari proses fisiologik berbeda. Saat takut, adrenalin berada pada aliran darah, respirasi meningkat, reflex kulit galvanis menurun dan tekanan pada otot-otot terjadi dalam waktu singkat. Saat marah, nonadrenalin dibawa kealiran darah, meningkatnya reflex skin galvanis, berkurangnya respirasi, tekanan otot menyeluruh dan terjadi tekanan darah yang meningkat.
Kondisi bangkitnya (Arousal State) emosi dan motivasi sangat mirip satu sama lainnya. Proses Cerebral mempersepsi situasi dan menafsirkan sensasi selalu berbasis pada keadaan lingkungan.
Takut dan Marah, merupakan akibat dari proses fisiologik berbeda. Saat takut, adrenalin berada pada aliran darah, respirasi meningkat, reflex kulit galvanis menurun dan tekanan pada otot-otot terjadi dalam waktu singkat. Saat marah, nonadrenalin dibawa kealiran darah, meningkatnya reflex skin galvanis, berkurangnya respirasi, tekanan otot menyeluruh dan terjadi tekanan darah yang meningkat.
BAB 9
MERANCANG EVALUASI HASIL BELAJAR
A. Pendahuluan
Aspek evaluasi sering diabaikan
dalam proses kegiatan belajar mengajar.jika membuat alat evaluasi apakah
memperhatikan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
B. Pengukuran, Penilaian, dan Pengevaluasian Hasil Belajar
B. Pengukuran, Penilaian, dan Pengevaluasian Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar merupakan
proses mulai dan menentukan objek yang diukur, mengukurnya, mencapai hasil
pengukuran, mentransformasikan ke dalam nilai, dan mengambil keputusan lulus
tidaknya seseorang, efektif tidaknya guru mengajar atau baik-buruknya interaksi
antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar.
C. Fungsi ujian sebagai Instrumen Evaluasi
Suatu ujian dikatakan bermutu baik
apabila ujian tersebut: Menguji apa yang hendak diuji. Dengan perkataan lain,
rancangan ujian harus relevan dengan fungsi evaluasi yang diinginkan. Terdiri
atas serangkaian soal ujian yang baik ( valid, relevan, spesifik,
representative dan seimbang)
D.
Struktur
Soal Ujian
Apapun materi yang diujikan,
hakikatnya didasarkan pada materi perkuliahan dan buku bacaan wajib serta
sejumlah handout yang dibagikan. Struktur soal harus representative, seimbang
dan relevan dengan sasaran belajar. Perlu dibuat kisi-kisi spesifikasi soal
untuk tingkat kemampuan belajar, membuat pembobotan soal dan transformasi angka
ke nilai.
E. Kriteria Evaluasi
Penilaian
tegas dimaksudkan:
-
Membedakan
secara jelas yang lulus dan tidak lulus
-
Mengurangi
daerah ketidak pastian
Ada
dua acuan penilaian dalam pengambilan keputusan:
-
Penilaian
Acuan Patokan (Criterion Reference).
-
Penilaian
Acuan Norma (Norm Reference).
Beberapa
Konsep yang berkaitan dengan Evaluasi.
-
Validitas
Instrumen
-
Validitas
Isi, mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan isi pelajaran yang
diberikan
-
Validitas
Konstruksi, butir-butir soal membangun tes tersebut mengukur setiap aspek
berpikir sesuai tujuan instruksional khusus.
-
Validitas
“ada sekarang” , hasilnya sesuai dengan pengalaman.
-
Validitas
Prediksi, mampu meramalkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
-
Reliabilitas
Instrumen
-
Jenis
Paralel, dua buah tes yang memiliki kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan
susunan, tetapi soalnya berbeda.
-
Jenis Tes
Ulang, jenis ini dilakukan untuk menghindari penyusunan dua seri test
-
Jenis
belah dua, jenis ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan sekali
lagi.
BAB 10
MERANCANG KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Perlunya Penyiapan Rancangan
Kegiatan Pembelajaran ( RKP )
Seperangkat ini perlu disiapkan dengan tujuan pembelajaran
yang jelas dan dapat dilaksanakan sesuai kondisi setempat, secara konkrit dapat
diukur sampai seberapa jauh tujuan yang ditentukan tercapai.
B. Bagaimana Menyusun Rancangan Kegiatan Pembelajaran
- Menuliskan pokok bahasan dan sub
pokok bahasan
- Merumuskan TIU untuk tiap pokok
bahasan
- Menyusun pokok bahasan dan
subpokok bahasan dalam skema hubungan
- Menentukan frekuensi kuliah untuk
setiap pokok bhasan
- Merumuskan sasaran belajar
- Membuat matriks rencana kegiatan
perkuliahan (RKP)
- Menetukan ujian dan bobot soal
- Menyusun pedoman perkuliahan dan
RKP
- Menyerahkan rencana kegiatan
perkuliahan (RKP)
BAB 11
PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS
KOMPETENSI DALAM PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Kurikulum berbasis kompetensi
sebagai paradima baru dalam system pembaharuan kurikulum pendidikan disekolah.
Muncul akibat lemahnya lulusan dalam domain pendidikan dan kebijakan pemerintah
untuk demokratisasi pendididkan.
B. Esensi KBK
1. Guru dan siswa bersifat toleran
dalam PBM
2. Guru dan siswa belajar bersama
menggali potensinya masing – masing secara optimal.
3. Guru harus mampu
mengejawantahkan potensi diri dan bakat peserta didik.
4. Guru harus mampu menyusun rencana
pembelajaran yang mampu membangun, membentuk serta aplikatif dalam kehidupan.
5. Guru harus mampu mengubah dirinya
sendiri
6. Pendekatan yang dilakukan adalah
konstruktivisme
7. Sekolah berkewajiban
menyelenggarakan bimbingan dan konseling
8. Koordinasi antar personil dan
kerjasama secara rutin berkesinambungan perlu dijalin untuk mewujudkan peran
guru.
C. Kompetensi yang diharapkan dalam
Pembelajaran
Implikasi penerapan kurikulum
berbasis kompetensi adalah perlunya pengembangan silabus dan system penilaian
yang menjadikan peserta didik mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan mengintegrasikan Life
Skill.
D. KBK Penerapannya
dalam Pembelajaran Matematika
-
Karakteristik
mata pelajaran matematika
-
Standar
kompetensi mata pelajaran matematika
-
Pengembangan
silabus dan system penilaian
-
Penyusunan
dan analisis instrument
-
Analisis
instrument
-
Evaluasi
hasil penelitian
-
Pelaporan
Hasil Penilaian dan Pemanfaatannya
-
Pelaporan
hasil penilaian
-
Laporan
untuk siswa dan orang tua
-
Laporan
untuk sekolah
-
Laporan
untuk masyarakat
-
Pemanfaatan
hasil penilaian
-
Untuk
siswa
-
Untuk
orang tua
-
Untuk guru
dan kepala sekolah
0 komentar:
Posting Komentar