RESUME BUKU "MANAJEMEN KELAS"
JANE BLUESTEIN
Isi Buku
MANAJEMEN KELAS
A. Pengertian Manajemen Kelas
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan
atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau
maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya
adalah managing pengelolaan. Sedangkan pelaksananya disebut dengan
manajer atau pengelola. Beberapa pakar pendidikan mengungkapkan definisi
masing-masing kata untuk pengertian yang lebih mendalam.
Menurut Oemar Hamalik, "kelas adalah suatu kelompok orang yang
melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapatkan pengajaran dari guru".
Pengertian ini jelas ditinjau dari segi anak didik karena dalam pengertian
tersebut ada frase kelompok orang. Sedangkan menurut Suharsini Arikunto, kelas
adalah "sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang
sama”.
Adapun pengertian manajemen kelas ditinjau dari paham lama, yaitu
mempertahankan ketertiban kelas. Sedangkan menurut pengertian baru dikemukakan
oleh Made Pidarta bahwa "manajemen kelas adalah proses seleksi dan penggunaan
alat-alat yang tepat terhadap problema dan situasi kelas". Dalam hal ini
guru bertugas menciptakan, mempertahankan dan memelihara sistem organisasi
sehingga siswa dapat memanfaatkan kemampuan, bakat dan energinya pada
tugas-tugas individual.
Hadadio Nawawi dengan mengatakan:
Manajemen kelas diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam
mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya
pada setiap personal untuk melakukan kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga
waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efesien untuk melakukan
kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan siswa.
Secara umum manajemen kelas dimanfaatkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok
kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang dapat memungkinkan siswa
berbuat sesuai dengan kemampuannya. Penerapan manajemen kelas produknya dinamis
sesuai dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai.
Pengelolaan kelas
adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan
pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan
pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.[3]
Dalam konteks yang
demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh siapapun
juga yang menerjunkan dirinya kedalam dunia pendidikan.
Sedangkan menurut
Sudirman N, dalam (dkk. 1991; 310), pengelolaan kelas adalah upaya
mendayagunakan potensi kelas. Ditambahkan lagi oleh Hadari Nawawi (1989;115),
dengan mengatakan bahwa kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas dapat
diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi
kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan
dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan
kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.[4]
B. Tujuan
Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan
kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum
pengelolaan kelas adalah penyedian fasilitas bagi bermacam macam kegiatan
belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
Fasilitas yang demikian itu memungkinkan siwa belajar dan bekerja, terciptanya
suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan
intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa. (Sudirman N, 1991,
311)
Suharsimi Arikunto
(1988 : 68) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak
di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara
efektif dan efisien.[5]secara
umum, tujuan manajemen kelas adalah sebagai berikut:
1.
Mewujudkan situasi dan
kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar,
yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal
mungkin.
- Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya
interaksi pembelajaran.
- Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang
mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan social,
emosional dan intelektual siswa dalam kelas.
- Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial,
ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya ( Dirjen PUOD dan Dirjen
Dikdasmen tahun 1996 : 2
Terkait dari penjelasan
diatas dalam hal manajemen kelas dapat pula ditinjau dari segi interaksi
komunikatif. Artinya seorang guru dituntut mampu mengatur segala kondisi apapun
yang terjadi didalam kelas saat pebelajaran berlangsung agar terciptanya
komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan murid, murid dengan guru sehingga
proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan baik. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan sekaligus meringankan tugas guru atau wali kelas.
C . Peran
Guru Dalam Strategi Manajemen Kelas
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting
dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh
karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang
kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan
lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat
yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru
dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai
demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan
fasilitator dan (d) guru sebagai valuator.
a) Guru Sebagai Demonstrator
Guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya hal ini dibuktikan apabila ada
orang tua yang memberikan argumen yang berbeda dengan gurunya maka siswa
tersebut akan menyalahkan argumen si orangtua dan membenarkan seorang guru.
Guru adalah acuan bagi peserta didiknya oleh karena itu segala tingkah laku
yang dilakukannya sebagian besar akan ditiru oleh siswanya. Guru sebagai
demonstrator dapat diasumsikan guru sebagai tauladan bagi siswanya dan contoh
bagi peserta didik.
b) Guru Sebagai Pengelola Kelas
Evaluator atau menilai
sangat penting adalah rangkaian pembelajaran karena setiap pembelajaran pada
akhirnya adalah nilai yang dilihat baik kuantitatif maupun kualitatif. Rangkaian evaluasi meliputi persiapan,
pelaksanaan, evaluasi. Tingkat pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain :
-
Mengetahui
-
Mengerti
-
Mengaplikasikan
-
Analisis
-
Sintesis (analisis dalam
berbagai sudut)
-
Evaluasi
Manfaat evaluasi bisa
digunakan sebagai umpan balik untuk siswa sehingga hasil nilai ini bukan hanya
suatu point saja melainkan menjadi solusi untuk mencari kelemahan di
pembelajaran yang sudah diajarkan. Hal -hal yang paling penting dalam melaksanakan evaluasi. Harus dilakukan
oleh semua aspek baik afektif, kognitif dan psikomotorik. Evaluasi
dilakukan secara terus menerus dengan pola hasil evaluasi dan proses
evaluasi. Evalusi dilakuakan dengan berbagai proses instrument harus
terbuka.
c) Guru Sebagai Mediator Dan Fasilitator
Manager memenage kelas, tanpa kemampuan ini maka performence dan karisma
guru akan menurun, bahkan kegiatan pembeajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru
Sebagai Pengelola Kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi
yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai
pengelola kelas : Merancang tujuan pembelajaran mengorganisasi beberapa sumber
pembelajaran Memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa. Ada 2 macam dalam
memotivasi belajar bisa dilakukan dengan hukuman atau dengan reaward Mengawasi
segala sesuatu apakah berjalan dengan lancar apa belum dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran.
d) Guru Sebagai Evaluator
Seorang guru harus
dapat menguasai benar materi yag akan diajarkan juga media yang akan digunakan
bahkan lingkungan sendiri juga termasuk sebagai sember belajar yang harus
dipelajari oleh seorang guru. Seorang siswa mempunyai beberapa kemampuan menyerap materi berbeda-beda
oleh karena itu pendidik harus pandai dalam merancang media untuk membantu
siswa agar mudah memahami pelajaran. Keterampilan untuk merancang media
pembelajaran adalah hal yang pokok yang harus dikuasai, sehingga pelajaran yang
akan diajarkan bisa dapat diserap dengan mudah oleh peserta didik. Media
pembelajaran didalam kelas sangat banyak sekali macamnya misalkan LCD dll.
D. Prinsip – Prinsip Dalam Manajmen
Kelas
Dalam rangka
memperkecil masalah gangguan dalam kelas, prinsip-prinsip manajemen kelas dapat dipergunakan. Maka adalah penting
bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsi-prinsip pengelolaan kelas, yang
di uraikan berikut ini :
1.
Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar
mengajar.guru yang hangat dan akrab engan anak didik selalu menunjukkan
antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam
mengimplementasikan pengelolaan kelas
2.
Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau
bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar
sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang
3.
Bervariasi
Penggunaan alat atau media atau alat bantu,gaya mengajar guru, pola
interaksi antara guru dan anak didik mengurangi munculnya gangguan, kevariasian
dalam penggunaan apa yang dsi sebut diatas merupakan kunci untuk tercapainya
pengelolaan kelas yang efektif.
4.
Keluesan
Keluesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi
mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta
menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
5.
Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus
menekankan pada hal-hal yang positif, dan menghindari pemusatan perhatian anak
didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan
pemberian penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari
kesalahan Yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar
6.
Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik
dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu,guru sebaiknya selalu
mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri
hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung
jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya iku
disiplin berdisiplin dalam segala hal.[6]
E.
Pendekatan-Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
Manajemen kelas
bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor.
Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah
untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara
individual.
Keharmonisan hubungan
guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk
interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru
lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179)
Berbagai pendekatan
tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
1.
Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk
mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan
mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang
menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan
norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk
norma itu guru mendekatinya.
2.
Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini,
pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah
laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan
dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa
3.
Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk
membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan
dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak
didik.
4.
Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan
memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak
boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang
terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus
dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang
tertulis dalam resep.
5.
Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa
dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah
laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan
ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan
menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah
merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses
untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan
tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach)
ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang
kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang
pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi
anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau
positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan
perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas
diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada
gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari
7.
Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal
apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan
tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa.
Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh
karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui
pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terrciptanya hubungan guru
dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap
melindungi.
8.
Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong
perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok
memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan
kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat
menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru
harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan
mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
9.
Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan
pada potensialitas, kreatifitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam
memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya.
Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu
dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga
pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik,
yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan
yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi
memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih
dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan
selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu
set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas
yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan
efisien.
F.Penataan Ruang Kelas
Meneciptakan suasana belajar
yang menggairahkan perlu memeperhatikan peraturan/penataan ruang
kelas/belajar. Penyusunan dan pengaturan belajar hendaknya
memungkinkan anak didik duduk berkelompok dan memudahkan anak didik
bergerak secara leluasa. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang
diperhatikan adalah:
a.
Ukuran dan bentuk kelas
b.
Bentuk serta ukuran bangku dan meja anak didik
c.
Jumlah anak didik dalam kelas
d.
Jumlah anak didik dalam setiap kelompok
e.
Jumlah kelompok dalam kelas
Komposisi anak didik
dalam kelompok (seperti anak didik pandai dengan anak didik kurang pandai, pria
dengan wanita).[7]
G. Masalah Yang Timbul
Dalam Pengelolaan Kelas
Keaneka macaman masalah
perilaku siswa itu menimbulkan beberapa masalah pengelolaan kelas. Menurut made
pidarta masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku
siswa adalah:
- Kurang kesatuan, dengan adanya
kelompok-kelompok, klik-klik, dan pertentangan jenis kelamin.
- Tidak ada standar perilaku dalam
bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap, bergi kesana-kemari, dan
sebagainya
- Reaksi negatif terhadap anggota kelompok,
misalnya ribut, bermusuhan, mengucilkan, merendahkan kelompok bodoh dan
sebagainya
- Kelas mentolerasi
kekeliruan-kekeliruan temannya, ialah menerima dan mendorong perilaku
siswa yang keliru.
- Mudah mereaksi negatif atau
terganggu misalnya didatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah dan
sebagainya
- Moral rendah, permusuhan dan
agresif misalnya dalam lembaga dengan alat-alat belajar kurang, kekurangan
uang, dan sebagainya
- Tidak mampu menyesuaikan dengan
lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang
baru, situasi baru dan sebagainya .[8]
Kegiatan interaksi
edukatif dengan pendekatan kelompok menghendaki peninjauan pada aspek perbedaan
individual anak didik. Postur tubuh anak didik yang tinggi sebaiknya di
tempatkan di belakang. Anak didik yang mengalami gangguan penglihatan atau
pendengaran sebaiknya di tempatkan di depan kelas. Dengan begitu, mata anak
didik yang minus dapat melihat tulisan di papantulis dengan cukup baik.
Penempatan anak didik yang mengalami ganggung pendengaran didepan akan
mempermudah si anak untuk menyimak apa yang disampaikan guru.
Pengaturan tempat duduk
sebenarnya akan berhubungan dengan permasalahan siswa sebagai individu dengan
perbedaan pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Tetapi di dalam
perbedaan dari ketiga aspek itu ada juga terselip persamaannya, persamaan dan
perbedaan dimaksud adalah:
1. Persamaan dan
perbedaan dalam kecerdasan (inteligensi)
2. Persamaan dan
perbedaan dalam kecakapan
3. Persamaan dan
perbedaan dalam hasil belajar
4. Persamaan dan
perbedaan dalam bakat
5. Persamaan dan
perbedaan dalam sikap
6. Persamaan dan
perbedaan dalam kebiasaan
7. Persamaan dan
perbedaan dalam pengetahuan /pengalaman
8. Persamaan dan
perbedaan dalam ciri-ciri jasmaniah
9. Persamaan dan
perbedaan dalam minat
10. Persamaan dan perbedaan dalam cita-cita
11. Persamaan dan perbedaan dalam kebutuhan
12. Persamaan dan perbedaan dalam kepribadian
13. Persamaan dan perbedaan dalam pola-pola dan
tempo perkembangan
14. Persamaan dan perbedaan dalam latar belakang
lingkungan
Berbagai persamaan dan
perbedaan kepribadian siswa diatas, berguna dalam membantu usaha pengaturan
kelas. Terutaman berhubungan dengan masalah bagaimana pola pengelompokan siswa
guna menciptakan lingkungan belajar yang aktif dan kreatif, sehingga kegiatan
belajar yang penuh kesenangan dan bergairah dapat bertahan dalam waktu yang
relatif lama.
Kesimpulan
1.
Pengertian pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan
guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan
kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.
2.
Tujuan Pengelolaan Kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam macam
kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dalam intelektual
dalam kelas.
3.
Peran guru dalam strategi pengelolaan
kelas adalah : Guru sebagai Demostrator, guru sebagai Evaluator, Guru
sebagai Pengelola Kelas, Guru sebagai Fasilitator.
4.
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas adalah Hangat dan Antusias, Tantangan,
Bervariasi, Keluesan, Penekanan pada hal-hal yang positif, Penanaman disiplin
diri.
5.
Pendekatan – pendekatan dalam pengelolaan kelas terdiri dari : Pendekatan
kekuasan, Pendekatan Ancaman, Pendekatan kebebasan, Pendekatan Resep,
Pendekatan Pengajaran, Pendekatan Perubahan Tingkah laku, Pendekatan sosio
Emosional, Pendekatan Kerja kelompok, Pendekatan Elektis atau pluralistik.
6.
Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang diperhatikan adalah : Ukuran dan
bentuk kelas, Bentuk serta ukuran bangku dan meja anak didik, Jumlah anak didik
dalam kelas, Jumlah anak didik dalam setiap kelompok, Jumlah kelompok dalam
kelas.
7. Masalah Dalam Pengelolaan Kelas adalah:
Kurang kesatuan, Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, Reaksi
negatif terhadap anggota kelompok, Kelas mentolerasi kekeliruan-kekeliruan
temannya, Mudah mereaksi negatif atau terganggu misalnya didatangi monitor,
Moral rendah, permusuhan, Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang
berubah.
Dimana saya bisa baca bukunya secara online..?? terima kasih
BalasHapus