Makalah pengetahuan lingkungan
Cultural
1. Nurmayalinda S 1312440002)
2. Sulhijrah Bola S (1312440007)
3. Siti Meilani (1312440008)
4. Nurbaeti Suci Qalbi S (1312440009)
5. Farhan Syahru Ramadhan (1312440010)
6. Surya Safitri (1312440011)
7. Andi Agustina (1312440017)
8. Leo Santoso (1312440019)
9. Ilda Tri Rahma (1312440022)
10. Khaerati (1312441001)
11. Nurrahmatullah (1312441007)
Jurusan Fisika prodi pendidikan Fisika ICP-A
Universitas Negeri Makassar
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Budaya atau kebudayaan secara entimologi berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang kemudian
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan atau dapat pula diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata
culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam
bahasa Indonesia.
Budaya merupakan suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya
yang ada ini terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan
bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan
sosial manusia.
Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia, dengan banyaknya pulau tersebut Indonesia memiliki beragam
budaya yang sangat banyak sekali. Perkembangan budaya Indonesia telah dimulai
sejak nenek moyang kita terdahulu. Namun, beberapa tahun kebelakangan ini
kebudayaan di Indonesia berada dalam masa yang mengecewakan dimana banyak
budaya kita yang lepas dari genggaman kita. Seperti yang telah kita ketahui, perkembangan budaya
indonesia selalu dalam kondisi yang naik dan turun. Pada awalnya, Indonesia
sangat banyak mempunyai peninggalan budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal
seperti itulah yang harus dibanggakan oleh penduduk indonesia sendiri, tetapi
belakangan ini budaya Indonesia mengalami masa penurunan terhadapa sosialisasi
budaya bangsa sehingga penduduk kini telah banyak yang melupakan apa itu budaya
Indonesia. Semakin majunya arus globalisasi rasa cinta terhadap budaya semakin
berkurang, dan ini sangat berdampak tidak baik bagi masyarakat asli Indonesia.
Terlalu banyaknya kehidupan asing yang masuk ke Indonesia, masyarakat kini
telah berkembang menjadi masyarakat modern.
Hal ini yang menyebabkan kebudayaan
bangsa Indonesia banyak yang diambil oleh pihak lain, berikut merupakan data
beberapa budaya Indonesia yang diklaim oleh pihak lain: batik dari Jawa oleh
Adidas, Naskah kuno dari Riau oleh pemerintah Malaysia, Naskah kuno dari
Sumatera barat oleh pemerintah Malaysia, Naskah kuno dari Sulawesi selatan oleh
pemerintah Malaysia, Naskah kuno dari Sulawesi Tenggara oleh pemerintah
Malaysia, rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia, Sambal bajak dari
Jawa tengah oleh oknum WN Belanda, Sambal petai dari Riau oleh oknum WN
Belanda, tempe dari Jawa oleh beberapa perusahaan asing, lagu rasa sayange dari
Maluku oleh pemerintah Malaysia, Tari reog ponorogo dari Jawa Timur oleh
pemerintah Malaysia, Lagu soleram dari Riau oleh pemerintah Malaysia, Lagu
injit-injit semut dari Jambi oleh pemerintah Malaysia, Alat musik gamelan dari
Jawa oleh pemerintah Malaysia, Tari kuda lumping dari Jawa Timur oleh
pemerintah Malaysia, tari piring dari Sumatera barat oleh pemerintah Malaysia,
Lagu kakak tua dari Maluku oleh pemerintah Malaysia, Lagu anak kambing saya
dari Nusa Tenggara oleh pemerintah Malaysia, Kursi taman dengan ornamen ukir
khas Jepara Jawa Tengah oleh oknum WN Perancis, Pigura dengan ornamen ukir khas
Jepara dari jawa Tengan oleh oknum WN Inggris, Motif batik perang dari
Yogyakarta oleh pemerintah Malaysia, Desain kerajinan perak desak Suwarti dari
Bali oleh oknum WN Amerika, Produk berbahan rempah-rempah dan tanaman obat asli
Indonesia oleh Shiseido Co. Ltd, Badik tumbuk lada oleh pemerintah Malaysia,
kopi gayo dari Aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) Belanda, kopi toraja
dari Sulawesi Selatan oleh perusahaan Jepang, Musik indang sungai garinggiang
dari Sumatera Barat oleh Malaysia, Kain ulos oleh Malaysia, alat musik angklung
oleh pemerintah Malaysia, Lagu jali-jali oleh pemerintah Malaysia, dan tari
pendet dari Bali oleh pemerintah Malaysia.
Melihat data yang ada diatas kita
seharusnya merasa miris melihatnya, karena begitu banyak budaya kita yang
diklaim oleh pihak lain. Masyarakat Indonesia sendiri kurang memperhatikan
bagian dari budaya Indonesia. dan diharapkan untuk masyarakat Indonesia lebih
memperhatikan bagian dari peninggalan budaya Indonesia. dan sekarang akan
diupayakan oleh pemerintah agar mendidik anak-anak muda untuk perduli terhadap
hal tersebut, dan lebih mengenalkan dari dini sikap akan pentingnya pengetahuan
budaya Indonesia.
B.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai
berikut :
a.
Untuk
mengetahui definisi budaya
b.
Untuk
mengetahui pengertian kebudayaan
c.
Untuk
mengetahui unsur-unsur kebudayaan
d.
Untuk
mengetahui wujud dan komponen kebudayaan
e.
Untuk
mengetahui hubungan antara unsur-unsur kebudayaan
f.
Untuk
mengetahui faktor pendorong dan penghambat perubahan sosial budaya
g.
Untuk
mengetahui aspek pengkategorisasian kebudayaan
h.
Untuk
mengetahui penetrasi kebudayaan
i.
Untuk
mengetahui cara pandang terhadap kebudayaan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Budaya
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang
yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan
ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi
budaya: Budaya adalah suatu
perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang
mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu
mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme
kasar” di Amerika,
“keselarasan individu dengan alam” di
Jepang dan
“kepatuhan kolektif” di Cina. Citra
budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan
nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya
yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan
hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang
koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya
meramalkan perilaku orang lain.
kebudayaan berasal
dari bahasa sansakerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa
Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin colere, yaitu
mengolah tanah atau bertani.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi atau
adat-istiadat) yang cenderung menunjuk pada pola pikir
manusia. Kebudayaan sendiri diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan
akal atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk pada pola pikir, perilaku
serta karya fisik sekelompok manusia. kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Herskovits dan Broinslaw
mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari sat
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorgnic.
Beberapa pengertian kebudayaan berbeda dengan
pengertian di atas, yaitu:
1.
Kebudayaan
adalah cara berfikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi
kehidupan sekelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial (masyarakat) dalam
suatu ruang dan waktu.
2.
Kebudayaan
sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan kepercayaan seni, moral, hukum,
adat serta kemampuan serta kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai
anggota masyarakat.
3.
Kebudayaan
merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya yaitu masyaraakat yang
menghasilkan tekhnologi dan kebudayaan kebendaan yang terabadikan pada
keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia yaitu kebijaksanaan yang
sangat tinggi di mana aturan kemasyarakatan terwujud oleh kaidah-kaidah dan
nilai-nilai sehingga denga rasa itu, manusia mengerti tempatnya sendiri, bisa
menilai diri dari segala keadaannya.
Pengertian kebudayaan tersebut mengispirasi penulis
untuk menyimpulkan bahwa; akal adalah sumber budaya, apapun yang menjadi sumber
pikiran, masuk dalam lingkup kebudayaan. Karena setiap manusia berakal, maka
budaya identik dengan manusia dan sekaligus membedakannya dengan makhluk hidup
lain. Dengan akal manusia mampu berfikir, yaitu kerja organ sistem syaraf
manusia yang berpusat di otak, guna memperoleh ide atau gagasan tentang
sesuatu. Dari akal itulah muncul nilai-nilai budaya yang membawa manusia kepada
ketinggian peradaban.
Dengan demikian, budaya dan kebudayaan telah ada sejak
manusia berpikir, berkreasi dan berkarya sekaligus menunjukkan bagaimana pola
berpikir dan interpretasi manusia terhadap lingkungannya. Dalam kebudayaaan
terdapat nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat dan hal itu memaksa
manusia berperilaku sesuai budayanya. Antara kebudayaan satu dengan yang lain
terdapat perbedaan dalam menentukan nilai-nilai hidup sebagai tradisi atau adat
istiadat yang dihormati. Adat istiadat yang berbeda tersebut, antara satu
dengan lainnya tidak bisa dikatakan benar atau salah, karena penilaiannya
selalu terikat pada kebudayaan tertentu.
Kebudayaan sangat berpengaruh terhadap kepribadian
seseorang, begitu pula sebaliknya. Di dalam pengembangan kepribadian diperlukan
kebudayaan, dan kebudayaan akan terus berkembang melalui kepribadian tersebut.
Sebuah masyarakat yang maju, kekuatan penggeraknya adalah individu-individu
yang ada di dalamnya. Tingginya sebuah kebudayaan masyarakat dapat dilihat dari
kualitas, karakter dan kemampuan individunya.
Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang saling
berkaitan. Manusia dengan kemampuan akalnya membentuk budaya, dan budaya dengan
nilai-nilainya menjadi landasan moral dalam kehidupan manusia. Seseorang yang
berperilaku sesuai nilai-nilai budaya, khususnya nilai etika dan moral, akan
disebut sebagai manusia yang berbudaya. Selanjutnya, perkembangan diri manusia
juga tidak dapat lepas dari nilainilai budaya yang berlaku.
Kebudayaan dan masyarakatnya memiliki kekuatan yang
mampu mengontrol, membentuk dan mencetak individu. Apagi manusia di samping
makhluk individu juga sekaligus makhluk sosial, maka perkembangan dan perilaku
individu sangat mungkin dipengaruhi oleh kebudayaan. Atau boleh dikatakan,
untuk membentuk karakter manusia paling tepat menggunakan pendekatan budaya.
1. Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli Barat
a. E. B. Tylor dalam buku “Primitif Culture”, bahwa
kebudayaaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu
pengetahuan yang lain serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota
masyarakat.
b. R. Linton dalam buku “The Cultural Background of
Personality’, bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku dan hasil
laku, yang unsur – unsur pembentukan didukung serta diteruskan oleh anggota
masyarakat tertentu.
c. C. Klukhohn dan W.H. Kelly menyatakan kebudayaan
adalah sebagai hasil tanya jawab dari para ahli antropologi, sejarah, hukum,
psychologi, yang implisit dan eksplisit, rasional, irasional terdapat pada
setiap waktu sebagai pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia.
d. Melville J. Herskovits mendenifisikan kebudayaan
sebagai “man made part of the environtment” (bagian dari lingkungan buatan
manusia).
e. Dawson dalam buku “Age of the Gods”, mengatakan bahwa
kebudayaan adalah cara hidup bersama (culture is common way of life)
f. Ralph Linton (1893 – 1953) seorang antropolog Amerika
menyatakan kebudayaan adalah “Man’s social heredity” (sifat sosial manusia yang
temurun).
g. William H. Haviland mengatakan kebudayaan adalah
seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota
masyarakat, yang jika dilaksnakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku
yang dipandang layak dan dapat diterima oleh semua masyarakat.
h. Francis merill
1) Pola – pola perilaku yang dihasilkan oleh interaksi
sosial.
2) Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh
seorang sebagai anggota suatu masyarakat yang ditemukan melalui interaksi
simbolis.
i. Bounded et.al merupakan sesuatu yang terbentuk oleh
pengembangan dan transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol – simbol
tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian rangkaian simbol yang
digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya budaya antara para anggota suatu
masyarakat. Pesan – pesan tentang kebudayaan yang diharapkan dapat ditemukan
didalam media pemerintahan, institusi agama, sistem pendidikan dan semacam
itu.
j. Robert H Lowie merupakan segala sesuatu yang diperoleh
individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat-istiadat, norma – norma
artistik, kebiasaan makan, keahlian yang diperoleh bukan dari kreatifitasnya
sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang didapat melalui pendidikan
formal dan informal.
2. Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli Indonesia
a. Prof. Dr. Koentjaraningrat menyatakan bahwa kebudayaan
adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh
tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun
dalam kehidupan masyarakat.
b. Sultan Takdir Alisyahbana mengatakan kebudayaan adalah
manifestasi dari cara berpikir.
c. Dr. Moh. Hattta, kebudayaan adalah ciptaan hidup dari
suatu bangsa.
d. Mangunsarkoro, kebudayaan adalah segala yang bersifat
hasil kerja jiwa manusia dalam arti yang seluas – luasnya.
e. Ki Hajar Dewantara, kebudayaan berarti buah budi
manusia adalh hasil perjuangan manusia terhadp dua pengaruh kuat, yakni zaman
dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusiauntuk mengatasi berbagai
rintangan dan kesukaran dalam hidup dan penghidupan guna mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang pada
lahirnya bersifat tertib dan damai.
f. Arkeolog R. Seokmono, kebudayaan adalah keseluruhan
hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa pikiran dan dalam
hidup.
g. Prof. M.M. djojodiguno dalam buku “Asas – asas
Sosiologi (1958)”, kebudayaan/budaya adalah daya dari budi, yang berupa cipta,
rasa, dan karsa.
1) Cipta : Ilmu pengetahuan, yang bersumber dari
pengalaman lahir dan batin.
2) Karsa : Norma – norma keagamaan/kepercayaan, yang
bersumber dari “sangkan (lahir) dan paran (mati)”.
3) Rasa :
Norma keindahan yang menghasilkan kesenian, yang bersumber dari keindahan dan
menolak keburukan atau kejelekan.
Jadi, kebudayaan adalah hasil dari buah budi (gagasan)
manusia yang berupa cipta, rasa dan karsa baik yang kongkrit ataupun abstrak
yang bertujuan untuk mencapai kesempurnaan hidup. Yang dalam pengaplikasianya
di lakukan dengan pola – pola perilaku, bahasa, organisasi sosial, religi,
seni, dan lainnya yang telah menjadi kebiasaan yang turun temurun dari leluhur.
1. Unsur-unsur kebudayaan menurut bebrapa ahli
Ada beberapa
pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara
lain sebagai berikut:
a. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki
4 unsur pokok, yaitu:
1) alat-alat teknologi
2) sistem ekonomi
3) keluarga
4) kekuasaan politik\
b. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang
meliputi:
1) sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama
antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya
2) organisasi ekonomi
3) alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas
untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
4) organisasi kekuatan (politik)
2. Unsur budaya Universal
C.Kluckhohn bisa di ambil
referensinya pada pembahasan kali ini. C. Kluckhohn membuat karya yg berjudul
Universal Catagories of Culture , ia menjelaskan 7 unsur dalam bukunya tersebut
dan di beri nama Culture Universals. Yang berisikan sebagai berikut :
a. Sistem Kepercayaan (Religi)
b. Sistem Pengetahuan
c. Peralatan dan Perlengkapan Hidup
Manusia
d. Mata Pencarian dan Sistem –
sistem Ekonomi
e. Sistem Organisasi Kemasyarakata
f. Bahasa
g. Kesenian
Urutan unsur – unsur kebudayaan di atas menurut Koentjaraningrat didasarkan pada mudah atau sulitnya suatu unsur kebudayaan mengalami perubahan. Artinya, unsur kebudayaan yang pertama atau nomer 1 dianggap sebagai unsur kebudayaan Universal yang paling sulit berubah, sedangkan urutan yang paling terakhir merupakan Unsur yang paling mudah untuk berubah.Berikutnya kita akan menjelaskan sedikit tentang sistem 7 Unsur Kebudayaan Universal di atas :
1. Sistem Religi
Kepercayaan manusia terhadap adanya
Sang Maha Pencipta yang muncul karena kesadaran bahwa ada zat yang lebih dan
Maha Kuasa.
2. Sistem Pengetahuan
Sistem yang terlahir karena setiap
manusia memiliki akal dan pikiran yang berbeda sehingga memunculkan dan
mendapatkan sesuatu yang berbeda pula, sehingga perlu disampaikan agar yang
lain juga mengerti.
3. Sistem Peralatan dan
Perlengkapan Hidup Manusiaa
Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengam makhluk hidup yang lain.
Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan manusia dengam makhluk hidup yang lain.
4. Sistem Mata Pencaharian
Hidup dan Sistem – Sistem Ekonomi
Terlahir karena manusia memiliki hawa nafsu dan keinginan yang tidak terbatas dan selalu ingin lebih.
Terlahir karena manusia memiliki hawa nafsu dan keinginan yang tidak terbatas dan selalu ingin lebih.
5. Sistem Organisasi
Kemasyarakatan
Sistem yang muncul karena kesadaran
manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna namun
tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing – masing antar individu sehingga
timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu.
6. Bahasa
Sesuatu yang berawal dari hanya
sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk mempermudah komunikasi
antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan bahasa universal
seperti bahasa Inggris.
7. Kesenian
Setelah memenuhi kebutuhan fisik
manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan psikis mereka
sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan.
Menurut J.J.
Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan
artefak.
a. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal
kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak;
tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam
kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut
menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan
ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga
masyarakat tersebut.
b. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas
adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem
sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola
tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
c. Artefak (karya)
Artefak
adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga
wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia
Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki
beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu :
a. Kebudayaan material
Kebudayaan
material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk
dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya.
Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat
terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
b. Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan
nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke
generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian
tradisional.
c. Lembaga social
Lembaga
social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan
berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu
Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social
masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita
tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau
perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang
wanita memilik karier
d. Sistem kepercayaan
Bagaimana
masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan
terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam
masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana
memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara
bagaimana berkomunikasi.
e. Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
f. Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
Komponen-komponen atau unsur-unsur
utama dari kebudayaan antara lain:
a. Peralatan
dan Perlengkapan Hidup (Teknologi)
Teknologi menyangkut
cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan
dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan
masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam
memproduksi hasil-hasil kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:
• alat-alat produktif
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:
• alat-alat produktif
• senjata
• wadah
• alat-alat menyalakan api
• makanan
• pakaian
• tempat berlindung dan
perumahan
• alat-alat transportasi
b. Sistem Mata
Pencaharian Hidup
Perhatian para ilmuwan
pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian
tradisional saja, di antaranya:
• berburu dan meramu
• beternak
• bercocok tanam di ladang
• menangkap ikan
c. Sistem
Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Sistem kekerabatan
merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes
mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk
menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan
adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan
darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu,
anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya.
Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan
dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti keluarga ambilineal,
klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal
kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga
bilateral, dan keluarga unilateral.
Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
d. Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
f. Sistem
Kepercayaan
Ada kalanya pengetahuan,
pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dan mengungkap
rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan
adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan
manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik
secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan
dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Agama dan sistem
kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa
Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare, yang berarti
"menambatkan"), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam
sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan
Agama) mendefinisikan Agama sebagai berikut:
sebuah institusi dengan
keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah, dan
menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap
yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati. Agama
biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam agama
Kristen atau "5 rukun Islam" dalam agama Islam. Kadang-kadang agama
dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi.
Agama juga mempengaruhi kesenian.
g. Agama Samawi
Tiga agama besar, Yahudi,
Kristen dan Islam, sering dikelompokkan sebagai agama Samawiatau agama
Abrahamik. Ketiga agama tersebut memiliki sejumlah tradisi yang sama namun juga
perbedaan-perbedaan yang mendasar dalam inti ajarannya. Ketiganya telah
memberikan pengaruh yang besar dalam kebudayaan manusia di berbagai belahan
dunia. Yahudi adalah salah satu agama, yang jika tidak disebut sebagai yang
pertama, adalah agama monotheistik dan salah satu agama tertua yang masih ada
sampai sekarang. Terdapat nilai-nilai dan sejarah umat Yahudi yang juga
direferensikan dalam agama Abrahamik lainnya, seperti Kristen dan Islam. Saat
ini umat Yahudi berjumlah lebih dari 13 juta jiwa.
Kristen (Protestan dan Katolik) adalah agama yang banyak mengubah wajah kebudayaan Eropa dalam 1.700 tahun terakhir. Pemikiran para filsuf modern pun banyak terpengaruh oleh para filsuf Kristen semacam St. Thomas Aquinas dan Erasmus. Saat ini diperkirakan terdapat antara 1,5 s.d. 2,1 milyar pemeluk agama Kristen di seluruh dunia. Islam memiliki nilai-nilai dan norma agama yang banyak mempengaruhi kebudayaan Timur Tengah dan Afrika Utara, dan sebagian wilayah Asia Tenggara. Saat ini terdapat lebih dari 1,5 milyar pemeluk agama Islam di dunia.
Kristen (Protestan dan Katolik) adalah agama yang banyak mengubah wajah kebudayaan Eropa dalam 1.700 tahun terakhir. Pemikiran para filsuf modern pun banyak terpengaruh oleh para filsuf Kristen semacam St. Thomas Aquinas dan Erasmus. Saat ini diperkirakan terdapat antara 1,5 s.d. 2,1 milyar pemeluk agama Kristen di seluruh dunia. Islam memiliki nilai-nilai dan norma agama yang banyak mempengaruhi kebudayaan Timur Tengah dan Afrika Utara, dan sebagian wilayah Asia Tenggara. Saat ini terdapat lebih dari 1,5 milyar pemeluk agama Islam di dunia.
h. Agama dan
Filosofi dari Timur
Agama dan filosofi
seringkali saling terkait satu sama lain pada kebudayaan Asia. Agama dan
filosofi di Asia kebanyakan berasal dari India dan China, dan menyebar di
sepanjang benua Asia melalui difusi kebudayaan dan migrasi.
Hinduisme adalah sumber dari Buddhisme, cabang Mahāyāna yang menyebar di sepanjang utara dan timur India sampai Tibet, China, Mongolia, Jepang dan Korea dan China selatan sampai Vietnam. Theravāda Buddhisme menyebar di sekitar Asia Tenggara, termasuk Sri Lanka, bagian barat laut China, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Thailand. Agama Hindu dari India, mengajarkan pentingnya elemen nonmateri sementara sebuah pemikiran India lainnya, Carvaka, menekankan untuk mencari kenikmatan di dunia. Konghucu dan Taoisme, dua filosofi yang berasal dari Cina, mempengaruhi baik religi, seni, politik, maupun tradisi filosofi di seluruh Asia. Pada abad ke-20, di kedua negara berpenduduk paling padat se-Asia, dua aliran filosofi politik tercipta. Mahatma Gandhi memberikan pengertian baru tentang Ahimsa, inti dari kepercayaan Hindu maupun Jaina, dan memberikan definisi baru tentang konsep antikekerasan dan antiperang. Pada periode yang sama, filosofi komunisme Mao Zedong menjadi sistem kepercayaan sekuler yang sangat kuat di China.
Hinduisme adalah sumber dari Buddhisme, cabang Mahāyāna yang menyebar di sepanjang utara dan timur India sampai Tibet, China, Mongolia, Jepang dan Korea dan China selatan sampai Vietnam. Theravāda Buddhisme menyebar di sekitar Asia Tenggara, termasuk Sri Lanka, bagian barat laut China, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Thailand. Agama Hindu dari India, mengajarkan pentingnya elemen nonmateri sementara sebuah pemikiran India lainnya, Carvaka, menekankan untuk mencari kenikmatan di dunia. Konghucu dan Taoisme, dua filosofi yang berasal dari Cina, mempengaruhi baik religi, seni, politik, maupun tradisi filosofi di seluruh Asia. Pada abad ke-20, di kedua negara berpenduduk paling padat se-Asia, dua aliran filosofi politik tercipta. Mahatma Gandhi memberikan pengertian baru tentang Ahimsa, inti dari kepercayaan Hindu maupun Jaina, dan memberikan definisi baru tentang konsep antikekerasan dan antiperang. Pada periode yang sama, filosofi komunisme Mao Zedong menjadi sistem kepercayaan sekuler yang sangat kuat di China.
i. Agama
Tradisional
Agama tradisional, atau
kadang-kadang disebut sebagai "agama nenek moyang", dianut oleh
sebagian suku pedalaman di Asia, Afrika, dan Amerika. Pengaruh bereka cukup
besar; mungkin bisa dianggap telah menyerap kedalam kebudayaan atau bahkan
menjadi agama negara, seperti misalnya agama Shinto. Seperti kebanyakan agama
lainnya, agama tradisional menjawab kebutuhan rohani manusia akan ketentraman
hati di saat bermasalah, tertimpa musibah, tertimpa musibah dan menyediakan
ritual yang ditujukan untuk kebahagiaan manusia itu sendiri.
j. "American Dream"
American Dream, atau
"mimpi orang Amerika" dalam bahasa Indonesia, adalah sebuah
kepercayaan, yang dipercayai oleh banyak orang di Amerika Serikat. Mereka
percaya, melalui kerja keras, pengorbanan, dan kebulatan tekad, tanpa
memedulikan status sosial, seseorang dapat mendapatkan kehidupan yang lebih
baik. Gagasan ini berakar dari sebuah keyakinan bahwa Amerika Serikat adalah
sebuah "kota di atas bukit" (atau city upon a hill"),
"cahaya untuk negara-negara" ("a light unto the nations"),
yang memiliki nilai dan kekayaan yang telah ada sejak kedatangan para
penjelajah Eropa sampai generasi berikutnya.
k. Pernikahan
Agama sering kali mempengaruhi pernikahan dan perilaku seksual. Kebanyakan gereja Kristen memberikan pemberkatan kepada pasangan yang menikah; gereja biasanya memasukkan acara pengucapan janji pernikahan di hadapan tamu, sebagai bukti bahwa komunitas tersebut menerima pernikahan mereka. Umat Kristen juga melihat hubungan antara Yesus Kristus dengan gerejanya. Gereja Katolik Roma mempercayai bahwa sebuah perceraian adalah salah, dan orang yang bercerai tidak dapat dinikahkan kembali di gereja. Sementara Agama Islam memandang pernikahan sebagai suatu kewajiban. Islam menganjurkan untuk tidak melakukan perceraian, namun memperbolehkannya.
Agama sering kali mempengaruhi pernikahan dan perilaku seksual. Kebanyakan gereja Kristen memberikan pemberkatan kepada pasangan yang menikah; gereja biasanya memasukkan acara pengucapan janji pernikahan di hadapan tamu, sebagai bukti bahwa komunitas tersebut menerima pernikahan mereka. Umat Kristen juga melihat hubungan antara Yesus Kristus dengan gerejanya. Gereja Katolik Roma mempercayai bahwa sebuah perceraian adalah salah, dan orang yang bercerai tidak dapat dinikahkan kembali di gereja. Sementara Agama Islam memandang pernikahan sebagai suatu kewajiban. Islam menganjurkan untuk tidak melakukan perceraian, namun memperbolehkannya.
l. Sistem Ilmu
dan Pengetahuan
Secara sederhana,
pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat,
keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di
dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan
berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial
and error).
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:
• pengetahuan tentang alam
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:
• pengetahuan tentang alam
• pengetahuan tentang
tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya
• pengetahuan tentang
tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia
• pengetahuan tentang
ruang dan waktu
.
F.
Faktor pendorong dan penghambat perubahan sosial budaya
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala
berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan
sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap
masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia
yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman
mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari
perubahan.
Ada tiga faktor yang dapat memengaruhi perubahan
sosial:
1.
tekanan
kerja dalam masyarakat
2.
keefektifan
komunikasi
3.
perubahan
lingkungan alam.
Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya
perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan
lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman es berujung
pada ditemukannya sistem pertanian, dan
kemudian memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam kebudayaan.
a. Faktor
Pendorong Perubahan Sosial
Berdasarkan uraian di atas, maka perubahan yang terjadi di masyarakat dapat
berupa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Faktor-faktor yang
menyebabkan perubahan tersebut antara lain:
1. Faktor internal
Yang dimaksudkan dengan faktor internal adalah faktor yang berasal dari
dalam diri masyarakat, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Faktor
ini bisa muncul ke permukaan dan bisa juga tersembunyi.
Faktor internal dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1)
Adanya kejenuhan atau ketidakpuasan individu terhadap sistem nilai yang
berlaku dalam masyarakat.
2)
Adanya individu yang menyimpang dari sistem yang berlaku. Apabila
penyimpangan ini dibiarkan, maka akan diikuti oleh individu-individu lainnya,
sehingga terjadi perubahan.
3)
Adanya penemuan-penemuan baru (inovasi) yang diterima oleh anggota masyarakat
dan membawa perubahan kebudayaan.
4)
Adanya perubahan dalam jumlah dan komposisi penduduk. Jumlah penduduk yang
terus meningkat baik disebabkan oleh pertambahan alami maupun adanya kaum
pendatang, akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan penggunaan lahan.
Lahan pertanian semakin terbatas menimbulkan intensifikasi penggunaan lahan
melalui penerapan berbagai teknologi, sehingga struktur sosial akan mengalami
perubahan sebagai akibat heterogennya jumlah penduduk.
5)
Semakin meningkatnya pengetahuan dan pendidikan penduduk, meningkatnya
pengetahuan, wawasan dan pendidikan penduduk akan semakin mengembangkan ide,
gagasan, dan kebutuhan manusia.
Contoh:
seorang yang kuliah di perguruan tinggi, pada saat mengerjakan tugas atau
belajar akan membutuhkan mesin tik, kalkulator, komputer dan peralatan lain
yang lebih banyak dan cepat
6)
Sistem terbuka lapisan masyarakat (open stratification)
Sistem ini memungkinkan seseorang untuk menaikkan kedudukan sosialnya
karena ada rasa tidak puas atas kedudukan sosialnya sendiri. Keadaan ini
disebut dengan status-anxiety.
7)
Kondisi masyarakat yang heterogen dan bersifat terbuka. Banyaknya penduduk
dengan berbagai latar pendidikan, pendapatan, mata pencaharian dan adat
istiadat menyebabkan kondisi individu dalam masyarakat berada dalam kondisi
persaingan dan peniruan sesuatu yang dianggap lebih baik.
Contoh:
Pak Amir mampu menyekolahkan anaknya ke perguruan
tinggi terkenal. Anak Bapak Tio pun berkeinginan untuk melanjutkan sekolahnya
ke perguruan tinggi yang sama; Andi makan di meja makan mempergunakan sendok
dan garpu. Heru pun meniru cara makan Andi tersebut
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang terdapat di luar masyarakat
yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Sebagai contoh: demografi,
penjajahan, lingkunan, bencana alam, dan agama.
Faktor yang berasal dari luar masyarakat dapat disebabkan karena:
1)
Bencana alam, misalnya gunung meletus, banjir, gempa dan sebagainya.
Bencana alam menyebabkan perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan ini
menuntut pola adaptasi yang berbeda dari sebelum terjadinya bencana. Perubahan
ke arah kemunduran (regress) ini seringkali menimbulkan goncangan-goncangan
dalam kehidupan masyarakat. Orang menjadi lupa terhadap norma dan adat istiadat
yang berlaku, pokoknya mereka dapat mempertahankan diri dari bencana tersebut.
Contoh:
Gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Aceh telah membawa perubahan besar
dalam kehidupan masyarakatnya. Mereka harus menata kembali sistem pemerintahan,
sosial, ekonomi, pendidikan, dan lainnya. Perubahan yang terjadi di Aceh
merupakan contoh perubahan sosial – budaya yang kompleks dan membutuhkan waktu
lama untuk kembali menjadi stabil.
2)
Peperangan,
tidak hanya akan meningkatkan angka kematian, tetapi
juga akan
menyebabkan rusaknya berbagai sarana dan prasarana kebutuhan hidup, seperti
lahan pertanian, sekolah, rumah, dan sebagainya. Kekacauan politik akan diikuti
dengan kekacauan sosial, ekonomi, dan mental penduduknya. Peperangan ini
seringkali diikuti dengan penaklukan atau penjajahan oleh bangsa lain yang
menang. Masuknya ideologi baru dan tata cara lainnya dari negara penjajah. Semua
itu secara langsung atau pun tidak akan merubah kehidupan masyarakat dan
kebudayaannya.
3)
Kontak dengan masyarakat lain yang berbeda budayanya. Adanya interaksi dengan
kelompok lain yang berbeda kebudayaannya akan semakin memperluas pengetahuan
dan wawasan budaya asing sehingga timbul sikap toleransi dan penyesuaian diri. Sikap ini adalah awal terjadinya perubahan dalam
masyarakat.
Contoh:
Bali merupakan salah kota di Indonesia yang ramai
dikunjungi oleh wisatawan dalam dalam luar negeri. Komunitas-komunitas
masyarakat itu membawa budayanya sendiri-sendiri, hingga tidak heran bila
masyarakat di Bali sudah mulai terbuka dan menerima masuknya budaya asing.
Sikap toleransi dan adaptasi terhadap budaya-budaya asing itu lambat laun
mengakibatkan perubahan sosial budaya dalam masyarakat Bali, seperti: bahasa
Inggris, Jepang, Perancis dan lain-lain menjadi bahasa pengantar dalam
pariwisata. Untuk itu Sekolah Dasar di Bali mulai mengajarkan bahasa-bahasa
tersebut dalam bidang studi Muatan Lokal.
b.
Faktor
Penghambat Perubahan Sosial Budaya
Perubahan
sosial budaya tidak selamanya berjalan dengan lancar. Ada perubahan yang berjalan
secara perlahan, sebagai akibat adanya faktor penghambat. Faktor penghambat
yang dapat memperlambat perubahan sosial budaya itu adalah:
1. Adanya
perasaan puas terhadap struktur budaya yang ada
2. Adanya perasaan takut akan timbulnya
goncangan-goncangan dalam masyarakat
3. Kurang mengadakan
hubungan dengan masyarakat lain yang berbeda budayanya
4. Adanya
hambatan bahasa dan geografis dalam berinteraksi dengan masyarakat lain
5. Adanya
prasangka jelek dan curiga terhadap masyarakat lain yang berbeda budayanya
6. Kurangnya
pengetahuan, wawasan, dan perkembangan pendidikan yang lamban
7. Sikap masyarakat yang sangat tradisional
8. Adanya
kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau vested interests
9. Hambatan-hambatan
yang bersifat ideologis
10. Adat atau
kebiasaan. Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin
diperbaiki
Berikut
adalah contoh perubahan sosial budaya yang terjadi di sekitar kita. Langsung
saja kita simak selengkapnya…..
1. Pakaian
Perubahan
mode pakaian pada masyarakat bisa saja terjadi. Dahulu semua masyarakat menggunakan
pakaian adat khasnya. Namun, seiring dengan kemajuan dari perkembangan
masyarakat tersebut membuat sedikit demi sedikit anggota masyarakat mulai
meninggalkan pakaian adatnya dan menggunakan pakaian yang menjadi trend di
daerah itu. Seperti contoh, sekarang adalah jamannya demam Korea. Bagi
penggemar beratnya, mereka selalu mencari dan menggunakan pakaian yang biasa
digunakan orang Korea. Namun, masyarakat tetap tidak meninggalkan pakaian adat
mereka dan tetap menggunakannya dalam acara tertentu. Seperti pakaian adat Bali
yang digunakan setiap kali mereka sembahyang di pura.
2. Model
Rambut
Model
rambut juga banyak berubah. Bahkan masyarakat cenderung merasa harus mengikuti
trend tersebut jika tidak mau dikatakan ‘jadul’ atau ‘culun’. Pengaruh terbesar
adalah model rambut ‘punk’ yang membuat banyak remaja mengikuti model rambut
dan gaya hidup orang dengan model rambut tersebut.
3. Kesenian
Kesenian
bisa saja berubah atau tergantikan seiring perkembangan zaman. Saat ini, banyak
kesenian di Indonesia yang mulai punah karena anak bangsa tidak suka dengan
kesenian tersebut. Bahkan mereka lebih suka mempelajari kesenian asing dengan
alasan trendy. Namun, masih banyak kesenian populer Indonesia yang masih bisa
bertahan sampai sekarang.
4. Bahasa
Daerah
Indonesia
memiliki banyak sekali bahasa daerah. Namun, banyak juga bahasa yang mulai
punah. Itu mungkin disebabkan karena mereka lebih berminat untuk menggunakan
Bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dibandingkan bahasa daerahnya sendiri. Itu
mungkin karena bahasa tersebut jangkauan komunikasinya lebih luas dibandingkan
bahasa daerahnya yang cenderung hanya dimengerti oleh anggota masyarakat di
daerah tersebut.
5. Masuknya Budaya Barat
Budaya
di Indonesia telah banyak tercampur dengan budaya asing. Itu mungkin disebakan
karena kebudayaan itu lebih menyenangkan dibandingkan budayanya sendiri.
Seperti budaya hari Valentine dan pesta ulang tahun. Sebenarnya budaya asli
Indonesia telah memiliki budaya yang mirip dengan budaya tadi. Namun, budaya
tersebut terkadang dianggap kurang meriah. Contoh perubahan besar lainnya
adalah penggunaan komputer dan alat-alat teknologi
sebagai pengganti buku untuk mencari tugas. Hal itu disebabkan oleh kemudahan
menggunakan alat-alat teknologi tersebut.
Perubahan
pada cara berkomunikasi bisa terjadi. Beberapa tahun lalu kita masih
menggunakan surat untuk berkomunikasi jarak jauh dan sekarang, dengan
menggunakan jejaring sosial atau alat komunikasi, seseorang bisa berkomunikasi
dengan cepat dan praktis.
Itulah
contoh perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat. Semua masyarakat
pasti saja akan mengalami perubahan sosial budaya. Namun, perubahan tersebut
umumnya tidak dirasakan atau tidak terjadi pada masyarakat terpencil.
G.
Aspek pengkategorisasian kebudayaan, antara lain :
1. Keragaman unsur lingkungan dapat
disederhanakan ke sejumlah kategori kebudayaan
2. Mengidentifikasi berbagai unsur dan
menempatkan masing-masing unsur tersebut berdasarkan pengkategorisasian
3. Mengurangi proses belajar yang terus
menerus tentang kebudayaan yang berkembang dalam lingkungan, karma mudahnya
unsur-unsur yang baru dimasukkan ke dalam sistem pengkategorisasian untuk lebih
mudah memahaminya
4. Secara instrumental dapat dipahami
kaitannya antara dua kategori atau lebih
5. Bisa menata berbagai kategori
kebudayaan ke dalam suatu keteraturan dan setiap individu dapat menempatkan
dirinya ke dalam sistem keteraturan tersebut.
6. Memungkinkan manusia mampu meramalkan
dan mengantisipasi peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dimasa mendatang
berdasarkan berbagai kategori kepada perspektif ruang dan waktu
Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu
kebudayaan ke kebudayaan lainnya.
a. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
1) Penetration
pasipique (Penetrasi damai)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai.
Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan
kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya
khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak
mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat.
Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
2) Penetration
violante (Penetrasi kekerasan)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan
merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan
disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak
keseimbangan dalam masyarakat.
b. Dampak Penetrasi budaya terhadap gaya hidup pemuda :
Masuknya
budaya barat ke Indonesia sedikit banyak telah memberikan dampak bagi kita
semua, tidak terkecuali kaum pemuda ataupun remaja.. Khusus pada satu decade
terakhir, kencangnya penetrasi budaya barat ke Indonesia memberikan suatu efek
percepatan pengaruh yang ditimbulkan terhadap sikap, perilaku, dan gaya hidup
masyarakat Indonesia, khususnya para remaja yang dengan cepat merespon
keberadaan teknologi dan informasi. Akses yang begitu cepat dengan adanya
teknologi dan informasi membuat masuknya budaya barat ke negara ini juga
semakin mudah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa secara langsung maupun tidak
keberadaan teknologi telah mempercepat akses masuknya budaya barat ke
negara-negara lain, termasuk Indonesia. Dan dengan keberadaan teknologi pula
yang berkembang pesat pada abad ini – remaja-remaja ataupun pemuda Indonesia
dapat dengan mudah mengetahui dan juga menerima masuknya budaya barat. Yang
mana hal tersebut telah menimbulkan dampak – baik positif maupun negative –
terhadap gaya hidup remaja ataupun pemuda kita saat ini. Dampak positif dari masuknya
budaya barat bagi para pemuda kita adalah bertambahnya wawasan mereka terhadap
kebudayaan-kebudayaan asing, khususnya barat. Akan tetapi dibandingkan dampak
positif, terdapat lebih banyak dampak negative yang saat ini telah mempengaruhi
gaya hidup remaja kita. Berikut ini adalah beberapa data dan fakta yang
memaparkan efek negative – yang jamak terjadi – dari masuknya kebudayaan barat. Kebudayaan barat masuk ke
Indonesia dengan begitu cepatnya melalui akses teknologi dan informasi. Hal
tersebut – seperti telah tercantum diatas – semakin mempermudah remaja ataupun
pemuda kita untuk mengetahui kebudayaan yang masuk tersebut. Yang menjadi
sebuah persoalan ialah para remaja kita tidak melakukan filterisasi terhadap
hal-hal asing yang mereka ketahui, akan tetapi tanpa berpikir panjang mereka
langsung menjiplak dan menerapkan nila-nilai kebudayaan asing yang masuk
tersebut kedalam kehidupan sehari-hari mereka, seperti minum - minuman keras,
seks bebas, pemakaian obat-obatan terlarang dan hal-hal negative lainnya.
Dan yang lebih anehnya, budaya tersebut telah diikuti oleh sebagian
remaja Indonesia. Fakta telah menunjukkan bahwa dalam satu decade ini
sedikitnya Jutaan remaja kita telah menjadi korban perusahaan nikotin-rokok.
Selain itu Lebih dari 2 juta remaja Indonesia ketagihan Narkoba (BNN 2004) dan
lebih 8000 remaja terdiagnosis pengidap AIDS (Depkes 2008). Disamping itu,
moral anak-anak dalam hubungan seksual telah memasuki tahap yang mengawatirkan.
Data-data yang lain juga menyebutkan bahwal lebih dari 60% remaja SMP dan SMA
Indonesia, sudah tidak perawan lagi. Perilaku hidup bebas telah meruntuhkan
sendi-sendi kehidupan masyarakat kita. Rasionalitas Pandangan Kebudayaan Barat Sebagai
Pembawa Dampak Negatif. Terdapat beberapa alasan atau rasionalitas yang menjelaskan mengapa
kebudayaan barat dipandang sebagai kebudayaan yang banyak membawa dampak
negative terhadap kebudayaan-kebudayaan lain serta orang-orang yang menerima
dan terlibat langsung dengan budaya tersebut.
Pertama, Kebudayaan
Barat adalah sebuah kebudayaan yang dipromosikan lewat globalisasi. Sebuah
kebudayaan yang ternyata bersifat kontradiktif antara unsur kebudayaan yang
satu dengan yang lainnya. Hal tersebut diperkuat dengan adanya beberapa hal
sebagai berikut. (a). adanya usaha pengeliminiran antar unsur kebudayaan.
Kondisi ini dapat dilihat dari peperangan yang terjadi antara keyakinan dengan
sains, keyakinan dengan filsafat, keyakinan dengan seni, keyakinan dengan
ekonomi, politik dengan moralitas, moralitas dengan ekonomi, dan lain-lain.
(b). adanya usaha untuk mengisolasi unsur kebudayaan yang satu dari unsur kebudayaan
lain. Mengisolasi unsur kebudayaan yang satu dengan yang lain, sebenarnya
merupakan konsekuensi dari eklektis-kontradiktifnya kebudayaan Barat – karena
unsur-unsur kebudayaannya tidak berhubungan bahkan bertentangan satu sama lain.
Usaha untuk mengisolasi ini adalah sebuah hal yang sudah kita ketahui, lewat
ungkapan-ungkapan, seperti seni untuk seni (seni murni), sains untuk sains,
politik untuk politik, ekonomi untuk ekonomi, dan hukum untuk hukum. Jika
ditelusuri, penyebab kondisi tersebut adalah sekularisme. (c). Adanya
ideologisasi di dalam kebudayaan. Adanya ideologisasi ini, dapat dilihat dari
penggunaan akhiran “-isme”. Misalnya, materialisme, idealisme, relativisme,
empirisme, rasionalisme, positivisme, kapitalisme, sosialisme, komunisme,
liberalisme, feminisme, hedonisme, dan masih banyak yang lainnya. Ideologisasi
ini pada dasarnya terjadi karena melihat realitas secara sebelah mata dan
akhirnya melakukan reduksi yang menyebabkan masing-masing di dalam
masing-masing unsur kebudayaan terdapat banyak ideologi. Liberalisme adalah
sebuah ideologi yang liberal mulai dari sisi ontologis hingga etis. Dengan
kontradiksi yang dibawanya, maka amatlah riskan jika kebudayaan barat masuk ke
Indonesia, apalagi jika para remaja ataupun pemuda kita tidak cukup mampu dalam
melakukan filterisasi kebudayaan.
Kedua, ‘kebudayaan’ adalah salah
satu alat imperialisme barat di era modern. Hal ini terlihat jelas dari adanya
upaya-upaya pengrusakan nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan pribumi
bangsa-bangsa lain. Hal tersebut dapat dilihat dalam bentuk slogan-slogan
menyesatkan, seperti sistim dunia modern dan globalisasi. Dengan alasan bahwa
dalam iklim baru dunia saat ini, setiap negara bergerak ke arah kesamaan dan
globalisme, negara-negara Barat berusaha menyamakan semua kebudayaan. Akan
tetapi peleburan kebudayaan ini, tak lain merupakan upaya untuk memusnahkan
ajaran dan keyakinan agama serta identitas-identitas nasional di negara-negara
berkembang, dan untuk menegakkan kekuasaan kebudayaan materialis Barat di seluruh
dunia. Dengan kata lain, Barat tidak bisa menerima variasi kebudayaan yang ada
saat ini di dunia, dan berniat melemahkan, atau memusnahkan
kebudayaan-kebudayaan pribumi semua negara dengan berbagai cara. Diantara bukti
terpenting serangan kebudayaan Barat terhadap seluruh kebudayaan dan agama
ialah pemusnahan kekuatan mereka dalam menghadapi dominasi politik, ekonomi dan
militer negara-negara Barat, terutama AS. Kebudayaan-kebudayaan independen dan
agama-agama penentang kezaliman, selalu berperan bagaikan benteng yang kokoh,
yang selalu menghasung rakyat untuk menghadapi serangan para imperialis.
Sebagaimana dapat disaksikan, dengan mengambil inspirasi dari ajaran agama,
terutama agama Islam, atau dalam rangka mempertahankan nilai-nilai nasionalisme,
suatu bangsa bangkit menentang kekuatan-kekuatan asing.
Alasan lain
usaha Barat untuk membasmi kebudayaan-kebudayaan lain dan ajaran agama ialah
watak penjajah mereka. Saat ini liberalisme Barat berperan sebagai alasan dan
pendorong politik-politik permusuhan Barat terhadap bangsa-bangsa lain.
Meluasnya berbagai macam idiologi seperti materialisme, individualisme,
freesex, dan berbagai macam lainnya di Barat, telah menyebabkan mereka tidak
lagi berpikir sehat dalam berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain, tapi mereka
berusaha menguasai, memaksakan kebudayaan mereka dan menyingkirkan
kebudayaan-kebudayaan lain. Terutama sekali bahwa idelogi liberalisme Barat,
menyebarkan pandangan materialisme dan atheisme, yang jelas bertentangan dengan
agama dan kebudayaan asli berbagai bangsa. Media-media massa Barat menyebut
nilai-nilai manusiawi dan agama serta kebudayaan Timur sebagai penyebab
kemunduran dan berlawanan dengan kemajuan. Sebaliknya, liberalisme Barat mereka
unggulkan sebagai idiologi moderen dan menyebutnya sebagai batas akhir
perjalanan sejarah. Hal ini disampaikan oleh Francis Fukuyama, pemikir AS di
awal dekade 1990.
Teori
Benturan Peradaban yang dipaparkan oleh Samuel Huntington, pemikir lain dari
AS, menunjukkan bahwa para ahli teori Barat, dalam rangka menyukseskan dan
memaksakan pandangan-pandangan mereka, mencanangkan perang antara peradaban dan
kebudayaan Barat melawan peradaban dan kebudayaan bangsa-bangsa lain. Berbagai
media massa Barat pun melancarkan propaganda luas terus menerus, menyerang nilai-nilai
agama, kemanusiaan, dan nasionalisme, seperti perlawanan menentang penjajahan,
perjuangan menegakkan keadilan, perdamaian dan sebagainya. Serangan propaganda
ini dilakukan dengan metode-metode yang sangat halus, sehingga tidak terasa
oleh masyarakat pada umumnya. Media-media ini, dalam berbagai filem, berita dan
laporan, secara tidak langsung, menyerang dan melecehkan kebudayaan dan
peradaban bangsa-bangsa lain. Pelecehan terhadap kesucian-kesucian agama dan
kehormatan nasional, termasuk diantara metode lain yang digunakan oleh
media-media Barat, dengan tujuan merendahkan kesucian-kesucian tersebut dalam
pandangan masyarakat umum.
Serangan
terhadap kebudayaan negara-negara berkembang melalui jaringan global internet
dan permainan-permainan komputer, juga banyak dilakukan. Bahkan lambang dan
simbol-simbol di pakaian dan peralatan-peralatan hidup, iklan-iklan perdagangan
dan hal-hal lain yang dikemas untuk menggambarkan kesejahteraan dan kemewahan,
juga dimanfaatkan sebagai cara untuk menyebarluaskan kebudayaan Barat dan
mengikis keyakinan-keyakinan agama dan nasionalisme bangsa lain. Dalam proses
propaganda ini, masalah hubungan seks ilegal dan dekadensi moral, mendapat
tempat istimewa. Karena para pengelola media-media tersebut mengetahui dengan
baik bahwa agama-agama dan adat istiadat Timur menentang kebebasan seks dan
amoralisme. Untuk itu menyebarnya budaya negatif seperti ini di dunia Timur,
akan melemahkan negara-negara di kawasan ini.
Dalam
masalah ini, serangan-serangan kebudayaan Barat, menjadikan generasi muda
sebagai sasaran utamanya. Menampilkan pahlawan-pahlawan palsu sebagai teladan,
merupakan metode lain media massa Barat untuk menyerang kebudayaan bangsa lain.
Setiap bangsa berbudaya, pasti memiliki pahlawan-pahlawan tersendiri di dalam sejarah
mereka. Sementara pahlawan-pahlawan yang dibuat oleh media Barat adalah
pahlawan-pahlawan palsu, tidak langgeng, bahkan sebagian besarnya membawa
watak-watak negatif, seperti suka kekerasan, pengumbar hawa nafsu seksual dan
sebagainya. Jika kalangan remaja dan pemuda suatu bangsa telah menerima
pahlawan-pahlawan palsu itu sebagai teladan dan model mereka, berarti mereka
telah terjatuh ke perangkap musuh dan akan ikut membantu mereka memusnahkan
kebudayaan pribumi dan menyebarkan nilai-nilai destruktif di tengah masyarakat.
Konsumerisme
termasuk fenomena lain yang menjadi dasar kebudayaan Barat saat ini. Sementara
di Timur, penghematan, konsumsi dengan cara yang benar dan seimbang, dipandang
sebagai nilai positif. Akan tetapi media-media super power Barat, dengan
menggunakan berbagai fasilitasnya, berusaha menanamkan watak konsumerisme
seluas mungkin di tengah masyarakat Timur. Terutama sekali, yang demikian itu
sangat diperlukan oleh para investor Barat, untuk menjual produk-produk mereka.
Untuk menyukseskan tujuan mereka ini, mereka bekerjasama dengan para pengelola
media massa. Dengan kata lain, media-media massa Barat terus menerus
mempropagandakan kepada masyarakat di negara-negara berkembang, janji untuk
memenuhi tuntutan materi mereka dan berusaha meyakinkan bahwa kemajuan dan
kesejahteraan setiap orang ialah dengan mengikuti gaya hidup Barat, dan
mengonsumsi sebanyak mungkin produk-produk mereka.
c. Budaya bangsa di tengah Penetrasi Budaya-budaya Asing
Rasa-rasanya tidak ada negara lain di dunia ini yang
sekompleks dan selengkap Indonesia. Terdiri atas beberapa suku bangsa (etnis),
agama, ras yang kemudian menyatu menjadi satu nama yaitu “Indonesia”, negara
ini pantas bangga, karena tidak ada dominasi antara suku, ras, maupun agama
yang satu dengan yang lainnya. Semuanya sama. Jika kita lihat Amerika yang
sekarang misalnya, Suku Indian malah menjadi minoritas di tanahnya. Hal yang
sama juga dialami oleh Suku Aborigin. Inca, Maya, malah lebih parah. Indonesia
beruntung, terlebih semenjak jatuhnya kekuasaan penguasa Orba membuka jalan
demokrasi sehingga indonesia terlepas dari masalah diskriminasi-diskriminasi
(seperti kasus etnis tionghoa yang tidak diakui keberadaannya, dll) yang begitu
subur tumbuh pada masa orde baru. Bahkan Belanda dan Jepang yang pernah
menjajah Indonesia juga tidak mampu melenyapkan suku-suku asli Indonesia,
sementara Cortez dan Pizarro berhasil menyingkirkan Inca dan Maya dari tanah
mereka sendiri. Sekali lagi, Indonesia patut berbangga dengan apa yang
dimiliki. Terlepas dari hal-hal di atas, sebenarnya tantangan bangsa Indonesia
saat ini ada pada hal-hal yang sebetulnya ringan. Beberapa tahun lalu, sebelum
demam K-Pop seperti sekarang ini, masyarakat Indonesia tergila-gila
dengan segala sesuatu yang berbau Amerika. Mulai dari musik sampai mode
pakaian. Sementara sekitar dua tahun belakangan ini, masyarakat Indonesia
khususnya kaum muda-mudi mulai tergila-gila dengan budaya Korea. Hal ini
ditandai dengan menjamurnya grup musik boyband dan girlband yang
seakan semakin menyingkirkan kesenian-kesenian khas indonesia seperti tembang
juga musik dangdut yang merupakan asli produk indonesia. Lantas, Bagaimana
nasib kebudayaan Indonesia? Apakah ini pertanda manusia indonesia saat ini
sudah tidak mampu lagi menjaga kearifan lokal (lokal wisdom) akibat penetrasi
budaya-budaya asing yang dibawa oleh arus globalisasi? Almaghfurlah Gus Dur pernah menyatakan
bahwa “Kaum muda Indonesia harus mengapresiasi karya sastra Indonesia, hal itu
(sastra Indonesia) sedikit lebih dapat dipahami daripada kebudayaan Indonesia.”
Kebudayaan Indonesia itu adalah kebudayaan yang mengadopsi keuletan suku Jawa
dan kesantunan Sunda, Dayak, atau Bali, kemudian dikombinasikan dengan
keberanian dari Madura, lalu ketegasan dari Batak, dan dicampur lagi dengan
semangat dari Bugis, dan juga kekuatan adaptasi yang luar biasa dari Papua, Itu
baru segelintir suku, hanya suku-suku besar, belum semuanya. Itulah Kebudayaan
Indonesia (dalam hal ini penulis lebih tertarik menggunakan kalimat Kebudayaan
Indonesia daripada kalimat Kebudayaan di Indonesia). Namun yang menjadi
permasalahan adalah kaum muda-mudi Indonesia merasa bingung harus bersikap
seperti apa. Karena ketika mereka ingin bersikap sebagaimana tuntunan budaya
yang tertanam pada sukunya, akan dianggap ketinggalan jaman, jadul, kuno, dan
sebutan-sebutan lainnya yang cukup merendahkan. Sementara dalam kebudayaan
Indonesia, saat ini sudah sangat jarang tokoh yang bisa dijadikan contoh dalam
berperilaku sesuai dengan budaya asli Indonesia. Jika dulu ada Bung Karno yang
berani mempopulerkan peci hitam khas indonesia lalu Gus Dur dengan pakaian
batiknya yang me-Nusantara, sekarang trend budaya kita bergeser kearah
kiblat budaya asing. Orang-orang lebih suka menggunakan baju-baju minim dan
sexy ala barat, yang demikian itu menurut mereka agar dianggap modern dan
sesuai dengan perkembangan zaman. Lebih parahnya lagi, Wakil-wakil rakyat yang
diharapkan bisa memberikan contoh yang baik terhadap rakyatnya malah bertingkah
laku yang bukan merupakan produk budaya asli Indonesia, seperti: perilaku
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang merupakan warisan dari budaya para
penjajah yang pernah menjajah indonesia. Maka ketika para stakeholders
pemerintahan meminta kaum muda agar tidak melupakan budaya bangsa sendiri,
tampaknya mereka harus berkaca terlebih dahulu kemudian memberi contoh
bagaimana berperilaku “Indonesia” agar kaum muda mempunyai figur yang bisa
dicontoh. Alex Inkeles mengungkapkan tentang 9 ciri manusia modern, yaitu : “Menerima
hal-hal baru, Menyatakan pendapat baik tentang lingkungannya sendiri maupun
luar, Menghargai waktu, Memiliki perencanaan dan pengorganisasian, Percaya
diri, Perhitungan, Menghargai harkat hidup orang lain, Lebih percaya pada ilmu
pengetahuan dan teknologi, Menjunjung tinggi suatu sikap dimana imbalan sesuai
dengan prestasi yang diberikan.” Dan tidak satupun dari sembilan ciri manusia
modern tersebut menurutnya harus diperoleh dari kebudayaan asing (entah itu
budaya arab, barat, dsb). Sehingga manusia indonesia harusnya dapat bangga
dengan budaya bangsa, turut serta dalam pemeliharaannya, meskipun harus dikemas
dengan balutan budaya asing yang lebih relevan. Ketika kaum muda berperilaku
sesuai dengan budaya asalnya (suku aslinya), entah dari suku mana, sebenarnya
pada suatu titik mereka akan bertemu dalam sebuah tempat yang di situ
bersemayam kebudayaan yang bernama Indonesia, karena Indonesia terbentuk dari
saripati kebudayaan-kebudayaan yang telah ada sebelumnya. jika kita ingat puisi
yang pernah dilantunkan oleh Bung Karno berjudul Aku Melihat Indonesia, yang
penggalannya sebagai berikut:
“Jikalau aku mendengar pangkur palaran, Bukan lagi
pangkur palaran yang kudengarkan, Aku mendengar Indonesia”. Pangkur palaran
merupakan salah satu bentuk penyajian tembang jawa, yang merupakan salah satu
bentuk kesenian khas di daerah jawa. Namun Bung Karno “mendengarnya” sebagai
kesenian Indonesia, Khazanah Kebudayaan Indonesia yang harus dihargai dan
dilestarikan. Prinsip seperti Bung Karno itulah yang seharusnya menjadi pola
pikir (mindset) generasi-generasi muda indonesia saat ini. Terutama para
intelektual-intelektual muda yang diharapkan sebagai pejuang ideologi bangsa,
seharusnya mampu memelihara kebudayaan yang sudah diwariskan oleh nenek moyang
kita yang sudah disepakati sebagai tuntunan hidup dari sejak dahulu kala. Dan
Para mahasiswa sebagai intelektual muda sah-sah saja memanfaatkan bantuan
teknologi super canggih yang saat ini sebagian besar merupakan produk asing,
namun untuk menjadi mahasiswa modern bukan berarti malah meninggalkan apalagi
sampai acuh tak acuh dengan budaya negeri sendiri. Karena bila hal itu yang
terjadi, jangan pernah kecewa bila suatu saat atau bahkan sekarang budaya lokal
kita sudah diakui oleh negara lain.
Saat ini, kebanyakan orang
memahami gagasan “budaya” yang dikembangkan di Eropa pada abad ke-18 dan awal abad ke-19. Gagasan tentang
“budaya” ini merefleksikan adanya ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan
kekuatan daerah-daerah yang dijajahnya. Mereka menganggap ‘kebudayaan’ sebagai
“peradaban” sebagai lawan kata dari “alam“. Menurut cara pikir ini, kebudayaan satu dengan
kebudayaan lain dapat diperbandingkan; salah satu kebudayaan pasti lebih tinggi
dari kebudayaan lainnya.
Pada prakteknya, kata kebudayaan merujuk pada
benda-benda dan aktivitas yang “elit” seperti misalnya memakai baju yang berkelas, fine art, atau mendengarkan musik
klasik, sementara
kata berkebudayaan
digunakan untuk menggambarkan orang yang mengetahui, dan mengambil bagian, dari
aktivitas-aktivitas di atas. Sebagai contoh, jika seseorang berpendendapat
bahwa musik klasik adalah musik yang “berkelas”, elit, dan bercita rasa seni,
sementara musik tradisional dianggap sebagai musik yang kampungan dan
ketinggalan zaman, maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah
“berkebudayaan”.
Orang yang menggunakan
kata “kebudayaan” dengan cara ini tidak percaya ada kebudayaan lain yang eksis;
mereka percaya bahwa kebudayaan hanya ada satu dan menjadi tolak ukur norma dan
nilai di seluruh dunia. Menurut cara pandang ini, seseorang yang memiliki
kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang “berkebudayaan” disebut sebagai orang
yang “tidak berkebudayaan”; bukan sebagai orang “dari kebudayaan yang lain.”
Orang yang “tidak berkebudayaan” dikatakan lebih “alam,” dan para pengamat
seringkali mempertahankan elemen dari kebudayaan tingkat tinggi (high
culture) untuk menekan pemikiran “manusia
alami” (human nature)
Sejak abad ke-18, beberapa
kritik sosial telah menerima adanya perbedaan antara berkebudayaan dan tidak
berkebudayaan, tetapi perbandingan itu —berkebudayaan dan tidak berkebudayaan—
dapat menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman sebagai
perkembangan yang merusak dan “tidak alami” yang mengaburkan dan menyimpangkan
sifat dasar manusia. Dalam hal ini, musik tradisional
(yang diciptakan oleh masyarakat kelas pekerja) dianggap mengekspresikan “jalan
hidup yang alami” (natural
way of life), dan musik klasik sebagai suatu kemunduran dan
kemerosotan.
Saat ini kebanyak ilmuwan
sosial menolak untuk memperbandingkan antara kebudayaan dengan alam dan konsep monadik yang pernah berlaku. Mereka
menganggap bahwa kebudayaan yang sebelumnya dianggap “tidak elit” dan
“kebudayaan elit” adalah sama — masing-masing masyarakat memiliki kebudayaan
yang tidak dapat diperbandingkan. Pengamat sosial membedakan beberapa
kebudayaan sebagai Kultur populer
(Popular culture)
atau pop kultur,
yang berarti barang atau aktivitas yang diproduksi dan dikonsumsi oleh banyak
orang.
Selama Era Romantis, para cendikiawan di Jerman, khususnya mereka yang peduli terhadap gerakan nasionalisme — seperti misalnya perjuangan
nasionalis untuk menyatukan Jerman, dan perjuangan nasionalis dari etnis
minoritas melawan Kekaisaran Austro-Hunggaria — mengembangkan sebuah gagasan kebudayaan dalam “sudut
pandang umum”. Pemikiran ini menganggap suatu budaya dengan budaya lainnya memiliki
perbedaan dan kekhasan masing-masing. Karenanya, budaya tidak dapat
diperbandingkan. Meskipun begitu, gagasan ini masih mengakui adanya pemisahan
antara “berkebudayaan” dengan “tidak berkebudayaan” atau kebudayaan “primitif.”
Pada akhir abad ke-19, para ahli antropologi telah memakai kata kebudayaan dengan definisi
yang lebih luas. Bertolak dari teori evolusi, mereka mengasumsikan bahwa setiap
manusia tumbuh dan berevolusi bersama, dan dari evolusi itulah tercipta
kebudayaan.
Pada tahun 50-an, subkebudayaan — kelompok dengan perilaku yang
sedikit berbedan dari kebudayaan induknya — mulai dijadikan subjek penelitian
oleh para ahli sosiologi. Pada abad ini pula, terjadi
popularisasi ide kebudayaan perusahaan – perbedaan dan bakat dalam konteks pekerja organisasi atau tempat bekerja.
Teori-teori yang ada saat ini
menganggap bahwa (suatu) kebudayaan adalah sebuah produk dari stabilisasi yang melekat dalam tekanan evolusi
menuju kebersamaan dan kesadaran bersama dalam suatu masyarakat, atau biasa
disebut dengan tribalisme
1. Kebudayaan di antara masyarakat :
Sebuah kebudayaan besar biasanya
memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur),
yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan
kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender,
Ada beberapa cara yang dilakukan
masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dan kebudayaan yang berbeda dengan
kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat tergantung pada seberapa besar
perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa banyak imigran
yang datang, watak dari penduduk asli, keefektifan dan keintensifan komunikasi
antar budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.
a.
Monokulturalisme: Pemerintah
mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan
sehingga masyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu dan saling bekerja
sama.
b.
Leitkultur (kebudayaan
inti): Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman. Dalam Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga
dan mengembangkan kebudayaannya sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan
induk yang ada dalam masyarakat asli.
c.
Melting Pot: Kebudayaan
imigran/asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan asli tanpa campur tangan
pemerintah.
d.
Multikulturalisme: Sebuah
kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok minoritas untuk menjaga
kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara damai dengan kebudayaan
induk.
2. Kebudayaan menurut wilayah
Seiring dengan kemajuan teknologi
dan informasi, hubungan dan saling keterkaitan kebudayaan-kebudayaan di dunia
saat ini sangat tinggi. Selain kemajuan teknologi dan informasi, hal tersebut
juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, migrasi, dan agama.
a. Afrika
Beberapa kebudayaan di benua Afrika
terbentuk melalui penjajahan Eropa, seperti kebudayaan Sub-Sahara. Sementara
itu, wilayah Afrika Utara lebih banyak terpengaruh oleh kebudayaan Arab dan
Islam.
b. Amerika
c. Asia
Asia memiliki berbagai kebudayaan yang
berbeda satu sama lain, meskipun begitu, beberapa dari kebudayaan tersebut memiliki
pengaruh yang menonjol terhadap kebudayaan lain, seperti misalnya pengaruh
kebudayaan Tiongkok kepada kebudayaan Jepang, Korea, dan Vietnam. Dalam
bidang agama, agama Budha dan Taoisme banyak
mempengaruhi kebudayaan di Asia Timur. Selain kedua Agama tersebut, norma dan nilai Agama Islam juga turut mempengaruhi kebudayaan terutama di
wilayah Asia Selatan dan tenggara.
d. Australia
Kebanyakan budaya di Australia masa
kini berakar dari kebudayaan Eropa dan Amerika. Kebudayaan
Eropa dan Amerika tersebut kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan
lingkungan benua Australia, serta
diintegrasikan dengan kebudayaan penduduk asli benua Australia, Aborigin.
e. Eropa
Kebudayaan Eropa banyak terpengaruh
oleh kebudayaan negara-negara yang pernah dijajahnya. Kebudayaan ini dikenal
juga dengan sebutan “kebudayaan barat“.
Kebudayaan ini telah diserap oleh banyak kebudayaan, hal ini terbukti dengan
banyaknya pengguna bahasa Inggris dan bahasa Eropa lainnya di seluruh dunia.
Selain dipengaruhi oleh kebudayaan negara yang pernah dijajah, kebudayaan ini
juga dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani kuno, Romawi kuno, dan agama Kristen,
meskipun kepercayaan akan agama banyak mengalami kemunduran beberapa tahun ini.
f. Timur Tengah dan Afrika Utara
Kebudayaan didaerah Timur Tengah dan Afrika Utara saat ini
kebanyakan sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma agama Islam, meskipun tidak hanya agama Islam yang berkembang di
daerah ini.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Budaya atau kebudayaan secara entimologi berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang kemudian
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan atau dapat pula diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata
culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam
bahasa Indonesia. Budaya adalah
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik,
adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Unsur-unsur kebudayaan menurut beberapa ahli :
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai
komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
a. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki
4 unsur pokok, yaitu:
5) alat-alat teknologi
6) sistem ekonomi
7) keluarga
8) kekuasaan politik
b. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang
meliputi:
5) sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama
antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya
6) organisasi ekonomi
7) alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas
untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
8) organisasi kekuatan (politik)
Unsur budaya Universal :
C.Kluckhohn bisa di ambil
referensinya pada pembahasan kali ini. C. Kluckhohn membuat karya yg berjudul
Universal Catagories of Culture , ia menjelaskan 7 unsur dalam bukunya tersebut
dan di beri nama Culture Universals. Yang berisikan sebagai berikut :
a. Sistem
Kepercayaan (Religi)
b. Sistem
Pengetahuan
c. Peralatan
dan Perlengkapan Hidup Manusia
d. Mata
Pencarian dan Sistem – sistem Ekonomi
e. Sistem
Organisasi Kemasyarakata
f. Bahasa
g. Kesenian
Wujud
kebudayaan :
1. gagasan
2. aktivitas
3. artefak
Komponen kebudayaan :
a. Kebudayaan material
b. Kebudayaan nonmaterial
c. Lembaga social
d. Sistem kepercayaan
e. Estetika
f. Bahasa
Hubungan antara unsur-unsur kebudayaan :
a. Peralatan
dan Perlengkapan Hidup (Teknologi)
b. Sistem Mata
Pencaharian Hidup
c. Sistem
Kekerabatan dan Organisasi Sosial
d. Bahasa
e. Kesenian
f. Sistem
Kepercayaan
g. Agama Samawi
h. Agama dan
Filosofi dari Timur
i. Agama
Tradisional
j. American Dream
k. Pernikahan
l. Sistem Ilmu
dan Pengetahuan
Faktor pendorong perubahan sosial budaya :
a. Faktor internal
b. Faktor eksternal
Faktor penghambat perubahan sosial budaya :
11.
Adanya perasaan puas terhadap struktur budaya yang ada
12.
Adanya perasaan takut akan timbulnya
goncangan-goncangan dalam masyarakat
13.
Kurang mengadakan hubungan dengan masyarakat lain yang berbeda budayanya
Penetrasi kebudayaan :
1. Penetration
pasipique (Penetrasi damai)
2. Penetration
violante (Penetrasi kekerasan)
Cara pandang terhadap kebudayaan :
2. Saran
Semoga
dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran dan menambah wawasan
kita tentang Cultural (kebudayaan) serta perkembangannya dari waktu ke waktu,
lebih jauhnya penyusun berharap dengan memahami kebudayaan kita semua
dapat menyikapi segala kemajuan dan perkembangannya sehingga dapat berdampak
positif bagi kehidupan kita semua
.
0 komentar:
Posting Komentar